44. Telah Pergi

200 25 0
                                    

"Gue pergi bukannya ingin lari dari semua masalah, tetapi karena gue enggan menyakiti lo lebih dalam lagi."

-Permata Albiru.

Happy reading ✨🌻

Berlian mencebikkan bibirnya kesal saat melihat orang yang tidak diharapkan kehadirannya kini tengah tersenyum lebar ke arahnya dan duduk di tepi ranjang. Entah dari mana orang itu tahu alamat rumahnya. Intinya Berlian kesal hari ini. Pulang-pulang dari sekolah bukannya Berlian mendapatkan perhatian karena kondisinya, cowok itu malah mendengarkan ocehan panjang lebar bundanya yang mirip seperti jalan tol.

Setelah pulang dari sekolah tadi Mentari jelas terkejut melihat kondisi Berlian. Buru-buru ia menanyai apa yang terjadi dengan Berlian, karena tidak ingin ada keributan lagi dengan enteng Berlian mengatakan jika dirinya hampir ditalak oleh preman jalanan dan berakhir wajahnya menjadi bonyok dan penuh lebam, untungnya bundanya percaya dan berakhir ia diceramahi agar menjaga diri baik-baik. Berlian hanya bisa menghela napas panjang.

Pulang sekolah tadi Berlian menolak teman-temannya untuk mengantarkannya  pulang. Bukannya apa-apa Berlian merasa dirinya sudah baik-baik saja dan yang utama adalah tidak ingin merepotkan orang lain. Sempat terjadi perdebatan antara Badai dengan Berlian karena cowok itu keras kepala tidak ingin diantar, namun akhirnya Berlian yang menang dan teman-temannya menghela napas pasrah.

"Lo ngapain sih ke sini!" ketus Berlian tidak suka.

Gadis di sampingnya hanya menyengir, "Pengen jenguk lo. Lo kan babak belur akibat pembullyan itu."

Berlian memakan keripik singkongnya dengan kesal.

"Pulang aja dah lo sono. Mood gue jadi berkurang gara-gara kehadiran kambing congek kaya lo," celetuk Berlian bermuka masam.

Alih-alih kesal gadis itu malah tergelak, "Sembarangan lo ngatain gue kambing congek."

"Emang bener kan? Udah lah lu pulang aja, gue pengen tidur!" usir Berlian tidak santai.

Gadis itu manggut-manggut dan berdiri, "Oke deh gue pulang. Buahnya jangan lupa dimakan," ujarnya seraya tersenyum.

"Hooh nyai kembang bakal gue makan sama kulit-kulitnya."

Gadis itu terkekeh dan mulai beranjak pergi dari kamar Berlian. Namun, saat ingin mengembalikkan tubuhnya Berlian berseru lantas gerakannya terhenti.

"Woy Cathrin—"

Cathrin menoleh dan menaikkan alisnya.

"Hp lo ketinggalan. Jangan sampe gue hilap terus jual hp lo." Berlian mengedikkan dagunya ke nakas. Ponsel Cathrin tergeletak di sana.

Cathrin menyengir dan mengambil ponselnya, "Thank's ya."

"Hm gue juga."

Cathrin pun berlalu pergi meninggalkan Berlian yang menghela napas lega. Selama Cathrin berada di sini entah mengapa Berlian tidak merasakan tenang, seolah-olah kehadiran Cathrin adalah bencana bagi dirinya. Ada-ada saja.

Berlian mengambil ponselnya. Dua jam saja ia tidak memainkan ponsel rasanya sangat bosan sekali. Berlian masuk ke aplikasi warna hijau itu, banyak sekali pesan masuk dan kebanyakan pesan itu dari grup-grup yang ia ikuti. Alis Berlian menyatu saat melihat Mega mengirimi pesan. Ada apa dengan Mega? Tumben sekali gadis itu mengirimi pesan. Dengan gerakan cepat Berlian membuka pesan Mega dan membacanya, napasnya tercekat tubuh Berlian mematung matanya pun terbuka saat membaca pesan itu.

Mega :
Berlian
Permata pindah ke luar negeri hari ini

Berita yang begitu mengejutkan sampai membuat Berlian mematung beberapa detik. Darahnya seakan berhenti berdesir, rasa panik, gelisah dan juga takut menjalar cepat ke hatinya. Ucapan Permata pagi tadi telah dibuktikan hari ini.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang