33. Dia Pelakunya?

180 29 0
                                    

"Seorang sahabat harusnya mendukung. Bukannya menjatuhkan."

-Story of ALBIRU.

Happy reading ✨🌻

Berlian membanting tubuhnya kasar di atas kasur. Cowok itu melihat ponselnya. Ia melihat pesannya yang dari kemarin belum dibalas oleh Permata sontak cowok itu mengirimkan pesan kembali.

Gue bakal nemuin orang yang sengaja ngerusak kepercayaan lo sama gue.

Setelah mengetikkan pesan itu Berlian keluar dari roomchat Permata. Ia menautkan alisnya saat ada satu pesan dari Dermaga.

Juned :
Bsk kita ketemuan. Ada hal pnting yg hrs g omngin

Berlian langsung membalas pesan Dermaga dengan cepat.

Lo mau ngomong apa?

Tnggu bsk

Oke
(read)

Berlian menaroh ponselnya di atas nakas. Ia melihat jam yang berada di dinding. Pukul 19.05 wib, waktunya Berlian sholat isya. Cowok itu bangkit dari kasur dan berwudhu kemudian melakukan kewajibannya. Seharian bergulat dengan dunianya kini cowok itu harus kembali ke sang pencipta.

***

Sama seperti sang pangeran yang mencintai princessnya
Sama seperti sang raja yang mencintai ratunya
Sama seperti sang pohon yang selalu bersama tanah
Maka Berlian pun akan selalu mencintai Permata
Hari ini atau di dimensi berikutnya

Jakarta, 7 April 2021
Berlian Baswara masa depan Albiru~

Berlian menutup bukunya seusai menodai lembaran kertas berwarna putih dengan pena. Punggung cowok itu ia sandarkan ke kursi meja belajarnya. Matanya memejam, pikirannya sedang ia tenangkan. Ternyata mendapatkan hati Permata lebih susah dari pada mengambil mangga di atas pohon, pikir Berlian.

Cowok itu membuka matanya saat pintunya diketuk dari luar oleh seseorang.

"Masuk." Setelah mengatakan itu Berlian mendengar suara decitan pintu yang terbuka. Ia enggan menoleh ke belakang, pasti itu ayahnya atau bundanya.

Berlian mengerutkan dahinya saat orang di sampingnya ini tidak bersuara sontak ia menoleh dan mendapati wajah Dermaga yang datar. Berlian jelas terkejut, ia lupa jika Dermaga mengajaknya ketemuan semalam dan sekarang Dermaga berada di rumahnya. Mungkin karena yang ingin disampaikan Dermaga begitu penting sampai-sampai cowok itu rela ke rumah Berlian.

"Gue lupa Juned kalau lo ngajak ketemuan! Aish sorry-sorry," pekik Berlian.

Dermaga mengembuskan napas singkat. Cowok itu juga malas ke sini jika urusan ini tidak penting.

"Jangan berdiri terus. Ayo duduk di sofa empuk gue haha." Berlian berjalan ke sofa kamarnya kemudian duduk begitu juga dengan Dermaga.

"Jadi, lo mau ngomong apa?" tanya Berlian penasaran.

Dermaga menatap Berlian serius tanpa ekspresi

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang