2. Saat Terakhir

689 92 0
                                    

Happy reading ><

Rumah yang berukiran mewah itu kini telah diisi oleh tangisan duka. Seketika cahaya yang berada di sana menghilang terbawa angin. Ruangan hati yang dulunya ramai dengan hiasan lampu dan lilin, kini telah menjadi gelap karena lilinnya yang telah padam.

Al tidak menyangka jika hari ini ia harus melihat mommynya terbujur kaku dilantai dengan wajah yang pucat dan juga kulit yang dingin. Tubuhnya ditutupi oleh kain sampai leher, dan banyak tamu yang semarak membacakan doa untuk mommynya. Tidak usah tanyakan lagi bagaimana perasaan gadis berumur tujuh tahun itu, yang pasti perasaannya hancur berkeping-keping.

Sosok yang selama ini menemani dan menyayanginya kini telah pergi meninggalkannya seorang diri, tidak akan ada lagi senyum dan juga sapaan hangat dari mommynya dan juga tidak ada lagi usapan lembut dan juga pelukan hangat dari mommynya. Seketika dunia mendadak berhenti berputar sama seperti kehidupan Al. Gadis kecil berumur tujuh tahun itu mempunyai kenangan yang begitu menyedihkan dimasa kecilnya.

Seharusnya sekarang ia masih bersama mommynya dan bercanda gurau bersamanya. Namun, semuanya pupus saat melihat jasad Mawar terbujur kaku dengan matanya yang selamanya memejam. Kehilangan orang yang kita sayangi seperti Ibu adalah rasa sakit yang amat terdalam dari rasa sakit apapun.

Di dalam dekapannya. Al menangis dengan keras dan sesegukan. Ia tidak berhentinya berkata pada mommynya untuk bangun dan menenangkannya. Gadis kecil itu amat hancur, raganya seketika hilang melihat kepergian sang ibu.

"MOMMY BANGUN!!! MOMMY BANGUNN!! JANGAN TINGGALIN AL MOMMY, AL MAU SAMA MOMMYYY!!" isak Al keras sembari memeluk Mawar dari samping. Air mata Al sedari tadi tidak berhenti untuk lolos, membuat mata Al bengkak dan hidungnya memerah. Wajah Al hari ini sangat berantakan, tidak seperti biasanya.

Cia menenangkan Al dalam tangisannya. Wanita itu juga tidak menyangka, jika putrinya akan pergi secepat ini.

"Al yang sabar, ya. Ini udah takdir. Al harus ikhlas." Cia langsung saja membawa cucunya ke dalam dekapannya dan menenangkan gadis itu.

"Al mau sama mommy Oma, Al mau sama mommy," isak Al didekapan Cia. Dadanya begitu sakit melihat ibunya yang tak bisa bernapas lagi.

Cia memejamkan matanya bersamaan dengan air matanya yang lolos. Sama seperti Al, ia pun merasakan kesedihan sekaligus kehilangan yang mendalam. Cia membuka matanya lagi dan menghirup udara dalam-dalam. Ia harus kuat, jika ia rapuh lalu bagaimana caranya agar ia bisa menguatkan Al?

"Al nggak boleh gitu. Perjalanan Al masih panjang, Al doakan mommy supaya mommy bisa tenang di sana ya sayang." Cia mengecup pucuk kepala Al dengan lembut. Air matanya terjatuh dikepala Al.

"MAWAR."

Teriakan dari seseorang mengusik perhatian orang-orang yang ada di sana, begitu juga dengan Al. Al menjauh dari pelukan omanya dan melihat siapa yang datang.

"Mawar."

Wanita cantik yang sepantaran dengan Mawar dan wajahnya sedikit mirip dengan Mawar langsung berlari mendekati tubuh Mawar dan memeluknya. Wajahnya penuh dengan air mata, dan matanya pun memerah karena terlalu lama menangis.

Al tahu wanita itu. Wanita itu kini telah pulang dari Amerika dengan sekian lamanya ia tidak berjumpa. Wanita itu adalah Melati, kakak dari mommynya.

"Kamu kenapa cepat pergi Mawar? Padahal Kakak kangen sama kamu, udah lama kita nggak ketemu," isak Melati di dalam dekapannya. Suami Melati berjongkok di samping Melati dan mengelus punggung Melati lembut.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang