14. Pecahan Gelas

213 42 0
                                    

Happy reading✨🌻

"Sumpah Permata, lo terlalu kasar nggak sih sama Berlian? Gue jadi kasian sama jin iprit," ujar Vania yang memakan nasi gorengnya dengan lesu. Gadis itu masih mengingat kejadian tadi pagi. Walaupun Berlian menyebalkan, tetapi Vania juga masih mempunyai hati nurani dan mempunyai kata belas kasihan kepada dia.

Permata menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Nggak perduli," jawabnya singkat.

Vania menghela napas kasar. Gadis itu tidak lagi berbicara, percuma jika ia berbicara. Ujung-ujungnya yang ia dapatkan hanyalah ujaran dingin dari Permata.

"Lo harus kendaliin emosi lo. Gue tahu, sekarang lo lagi nggak baik-baik aja, tapi lo juga harus bisa kontrol kemarahan lo. Jangan sampai orang lain jadi sasarannya," ujar Mega pelan didekat Permata.

Permata menatap lurus, kemudian mengambil sesendok somaynya dan melahapnya. Gadis itu mengangguk merespon ucapan Mega.

"Vania aku mau dong nasi gorengnya." Putri langsung menyerobot mengambil nasi goreng milik Vania membuat pemiliknya melotot.

"Heh siput! Ini nasi goreng gue. Lo kan udah ada siomay," omel Vania mengambil kembali nasi gorengnya.

Putri cemberut. Bukannya apa-apa, sedari tadi ia memerhatikan Vania makan nasi goreng itu berhasil membuatnya tergoda. Apalagi nasi goreng tersebut terdapat taburan sosis dan juga ayam. Putri menyesal rasanya tidak memilih nasi goreng.

"Pelit banget sih. Yaudah aku mau sesendok aja deh nasi gorengnya," tawar Putri.

Vania menoleh gadis itu menyedokkan nasi gorengnya kemudian mengarahkannya ke Putri. Putri yang melihat itu langsung berbinar, sontak gadis itupun membuka mulutnya lebar-lebar guna suapan nasi goreng melahap cepat dilidahnya. Putri menunggu nasi goreng itu menempel dilidahnya, jarak antara sendok nasi goreng yang dilayangkan oleh Vania ke mulutnya sudah lumayan dekat.

Putri memajukan wajahnya ke depan. Namun, bukannya nasi goreng itu ia lahap malah arah nasi gorengnya balik memutar dan kini mendarat cepat dimulut Vania. Sial, Putri tertipu.

"Mmm ... enak banget." Vania memakan nasi goreng dengan memejamkan mata dan menikmati sensasinya. Berniat untuk menggoda Putri yang kini sedang mendengus kesal.

"Dasar pelit!" Putri membuang mukanya kesal.

Vania membuka mata.

"Bodo. Udah sana beli sendiri."

"Ini juga mau bel—"

Prangg.

Permata tersentak, begitu juga dengan murid yang ada di sana. Putri berhasil memecahkan satu gelas jusnya dan pecah berserakan kemana-mana. Vania menepuk jidatnya, Mega menggeleng-gelengkan kepalanya, Cahaya menghela napas, dan Putri menekukkan wajahnya. Akibat tidak berhati-hati, sang penjual soimay kehilangan satu gelasnya. Miris sekali.

"Selalu ceroboh," kata Mega.

"Siput-siput." Vania menggelengkan kepalanya heran.

Putri mengembuskan napasnya pelan dan berjongkok. Berniat untuk memunguti setiap pecahan beling dari gelas itu. Cahaya yang melihat itu bangkit dari duduknya dan berjongkok di samping Putri.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang