Happy reading ✨🌻
10 tahun kemudian ....
"SI MAMAT BADANNYA KECIL. HALLO MY KUCRILL!" Suara teriakan itu menggema di setiap koridor membuat gadis dengan rambut tergerai dan wajah yang dingin itu berdecak pelan. Dia lagi dia lagi. Kapankah pria gila itu berhenti mengganggunya dan menjauh dari kehidupannya?
Gadis memakai tas berwarna abu-abu itu menghiraukan pria gila yang ada di belakangnya. Ia lanjut berjalan menuju ke kelasnya XI IPA 3. Namun, langkahnya terhenti saat tiba-tiba di depannya sudah ada pria gila yang tersenyum lebar dengan tengilnya.
"Hallo kucrill. Selamat pagi! Udah sarapan?"
Gadis yang dipanggil kucril itu lagi-lagi mengabaikannya. Ia ingin berjalan ke arah kiri, tetapi pria itu menghalanginya. Ia ingin berjalan ke arah kanan, tetapi pria itu menghalanginya juga. Sumpah demi apapun ia ingin hidup tenang dalam sehari tanpa adanya pria di hadapannya ini.
"Pergi," ujar gadis itu menatap pria bodoh di hadapannya ini dengan dingin.
"Nggak."
"Pergi," tekan gadis itu lagi menatap pria ini tajam.
"Nggak."
"Pe—"
"WOI BERLIAN."
Gadis itu tersenyum tipis saat mendengar teriakan itu. Berbanding terbalik dengan seorang cowok bernama Berlian ini, ia malah mendengus saat teman sengkleknya itu memanggil namanya.
"Gue cariin lo dari ujung Singapura sampai ke Medan, ternyata lo ada di sini. Enak ya lo ninggalin gue sendiri di bengkel." Cowok dengan poni rambut yang diikat ke belakang itu menatap Berlian jengkel.
"Pagi-pagi makan palu. Berisik lu," jawab Berlian enteng.
"WAH EMANG LO KURANG ASEM!"
"Emang, karena gue manis."
Gadis dengan rambut tergerai itu jengah jika harus melihat perdebatan para orang gila. Langsung saja cewek itu kembali berjalan tanpa sepengetahuan dari Berlian.
"Halah muka udah kaya barang loakan aja dibilang manis."
"JANGAN SEKATE-KATE LU SAMA GUA." Berlian menggulung lengan bajunya ke atas dengan napas yang naik turun dan juga hidung yang kembang kempis.
Bukannya takut cowok dengan poni yang dikuncir ke belakang itu malah tertawa.
"Kalau gini muka lo udah kaya ayam lagi berak. Lucu njir kek ada tai-tainya gitu." Cowok ini tertawa terbahak-bahak.
"LU EMANG MINTA DIGIBENG YA JAMBUL!" teriak Berlian yang tidak terima dengan ejekan temannya ini. Beruntung sekali koridor pagi ini sepi, jadi Berlian bisa berteriak-teriak tanpa ada orang pun yang mengomelinya ataupun memperhatikannya.
"Berlian, Badai."
Berlian dan Badai pun menoleh saat ada yang memanggil namanya. Terlihat tiga cowok tampan dengan penampilan dan juga karakter yang berbeda.
Yang baru saja memanggil namanya adalah Sakti Guntur Ancana, cowok yang mempunyai karakter dewasa dan juga bijak, Sakti dijuluki oleh Berlian dan teman-temannya dengan julukan Junaedi. Sakti salah satu murid pintar di kelasnya, ia suka mengikuti lomba-lomba akademik maupun non akademik. Ia juga cowok yang jujur, salah satu kekurangan dari Sakti, adalah ia sangat phobia dengan ... kucing. Aneh? Tetapi memang itulah kenyataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...