11. Gery Putra Arwana

256 46 0
                                    

Happy reading ✨🌻

Sudah tiga hari Permata tidak bersekolah dan kini gadis itu ingin pergi sekolah hari ini. Ia tertinggal banyak pelajaran dan juga tugas-tugas sekolah yang dua hari ini semakin menumpuk.

Pagi ini Permata sedang sarapan dengan kedua orang tuanya. Wajah Permata sudah terlihat sedikit fresh dari hari-hari biasanya membuat Melati dan juga Hero lega melihatnya.

Permata sudah menjadi sosok gadis yang kuat. Ia tidak lagi mengeluh ataupun mengunci dirinya lagi. Permata sudah sedikit dewasa dan menyadari jika hidup memang harus terus dijalani sebesar apapun ujiannya.

Dentingan antara sendok dan juga piring mengantar sarapan keluarga kecil ini. Mereka sudah mengikhlaskan apa yang terjadi dan melanjutkan kembali kehidupannya.

"Kamu serius mau berangkat hari ini sayang?" tanya Melati sembari mengambil segelas air putih dan meminumnya.

Permata menoleh dan mengangguk.

"Iya."

"Sudah baikan?" tanya Hero.

Permata memberhentikan aktivitas makannya dan menoleh ke arah Hero.

"Memang aku kenapa?" tanyanya dengan sedikit nada dingin.

Hero dan Melati saling tatap kemudian Hero menggeleng.

"Tidak apa-apa."

Suasana kembali hening. Permata sibuk dengan nasi gorengnya begitu juga dengan kedua orang tuanya. Suapan demi suapan telah Permata lahap dan kini piringnya telah tersisa sedikit nasi goreng. Gadis itu menghabiskannya kemudian langsung meminum dan mengambil ranselnya di meja makan.

"Aku selesai. Mau berangkat sekolah."

"Mau Papah antar?"

Permata menoleh dan tersenyum tipis. "Boleh."

Hero mengangguk kemudian meminum segelas air putihnya dan mengambil tas kantornya di meja makan.

"Ayo."

"Aku berangkat." Permata mencium tangan Melati berniat untuk pamit berangkat sekolah.

Melati tersenyum dan mengelus surai indah milik Permata.

"Hati-hati sayang. Yang semangat belajarnya."

Permata mengangguk.

"Aku berangkat dulu Mah."

"Iya mas." Melati mencium punggung tangan suaminya.

Hero dan Permata pun keluar rumah dan langsung ke mobil untuk berangkat ke sekolah dan kantor. Saat di mobil Permata mencoba mengawali percakapan dengan papahnya lewat sebuah pertanyaan yang dari semalam ingin ia tanyakan.

"Pah," panggil Permata.

Hero menatap Permata sekilas.

"Iya sayang."

Permata sedikit ragu untuk bertanya mengenai ini, tetapi gadis itu harus mengatakannya juga, karena ia begitu penasaran.

"Kecelakaan opa sama opa apa itu benar-benar murni kecelakaan?" tanya Permata mengusir rasa ragunya.

Hero sedikit tersentak dengan pertanyaan Permata. Mengapa gadis itu tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah yang harus ia jawab sekarang.

Terdiam sebentar, tetapi Hero pun mengangkat suaranya. Bagaimana pun juga Permata harus tahu, gadis itu sudah dewasa bukan lagi seperti anak-anak ataupun Al dulu.

"Malam akan Papah ceritakan semuanya yah."

Permata mengernyitkan alisnya mendengar itu. Mengapa papahnya malah berkata seperti itu? Apakah dugaannya benar, jika kecelakaan oma dan juga opanya itu tidaklah murni?

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang