Happy reading ✨🌻
Hari minggu adalah hari yang menyenangkan bagi Badai. Cowok itu bisa bebas dan main sesuka hati. Dan sekarang cowok yang memakai hoddie berwarna putih dengan celana pendek selutut itu tengah merapihkan rambutnya di depan cermin. Sesekali ia bersiul dengan melatunkan nada dari lagu yang akhir-akhir ini menjadi favoritenya.
Badai menaroh sisirnya. Ia menampilkan penampilannya dari atas sampai bawah, dirinya tersenyum lebar saat melihat penampilannya yang sudah perfect. Kali ini Badai tidak menguncir poninya. Poninya ia tata dengan posisi miring didahinya, membuat penampilannya tambah tampan.
Badai meniup tangannya tiga kali kemudian mengusapkan tangannya dikepala. Setelah itu ia mengambil parfum dan menyemprotkannya di seluruh tubuh. Saat usai cowok itu menaroh parfumnya kembali di tempat semula.
"Gila sih. Badai Angkasa emang kembarannya Angga Aldi Yunanda!" Badai melihat pantulannya dicermin dan memuji dirinya sendiri sembari tersenyum lebar.
Pagi ini ia ingin pergi ke rumah Berlian. Ia ingin mengajak Berlian untuk jogging mengingat akhir-akhir ini ia jarang berolahraga. Badai kan ingin mempunyai roti sobek sama seperti orang-orang luar, yang di mana karena roti sobek itu membuat kaum hawa tertarik menjerit.
Badai mengambil ponsel dan juga kunci motornya dinakas kemudian beranjak keluar kamar dengan kunci yang ia lempar-lemparkan ke udara.
Badai menuruni tangga dan turun ke bawah. Saat berada di ruang tamu mata Berlian melihat adiknya yang sedang bermain bersama kucing ... kesayangannya? Siapa lagi jika bukan moci.
Badai melebarkan matanya sontak mendekati adiknya dengan cepat.
"Sisi kamu apain Moci!"
Gadis mungil yang bernama Sisi itu menoleh ke arah Badai dan menjawab dengan polos.
"Main salon-salonan."
Badai melihat kucingnya. Cowok itu menampilkan wajah nelangsa saat kucing kesayangannya memakai gaun berwarna putih khas gaun pengantin dan juga mulutnya yang berwarna merah akibat lipstick. Kepalanya terdapat bendana kecil yang berukiran bunga-bunga. Moci melihat Badai dengan mata yang berkaca-kaca berniat memberi tahu kesedihannya pagi ini.
Badai langsung saja mengambil moci dan menggendongnya.
"Kamu kira Moci manusia?" omel Badai menatap adiknya tajam.
"Bukan," jawab Sisi polos.
Badai berdecak, "Jangan mainan Moci lagi atau nanti rambut kamu abang botakin. Mau?"
Sisi sontak menggeleng cepat.
"Jangan dong Abang," rengek Sisi.
Badai berdehem kemudian mendekati sisi dan berjongkok di depannya.
"Kamu dikasih uang jajan berapa sama Mamah?" bisik Badai sembari celingak-celinguk.
"Segini." Sisi merogoh saku celana pendeknya dan menunjukkan lima lembar uang berwarna merah sontak saja mata Badai langsung berbinar.
"Ekhem." Badai berdehem terlebih dahulu sebelum melancarkan aksinya.
"Temen Abang ada yang jualan boneka landak kamu mau nggak?"
Sisi yang mendengar kata boneka pun langsung berbinar dan mengangguk cepat.
"Mau Abang."
Badai tertawa jahil. Seperti dugaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALBIRU [END]
Teen Fiction(DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA) (Note : Mengandung bawang, menguras emosi, memutar otak, jadi bijaklah dalam membaca) Kehilangan kedua orang tua saat usia dini adalah saat-saat yang memberatkan. Ditambah ketika beranjak dewasa kakek dan nenekn...