37. Menjengkelkan

150 23 0
                                    

"Danau itu kaya lo. Menyejukkan."

-Berlian Baswara.

Happy reading ✨🌻

Berkali-kali Berlian berusaha untuk tetap bersabar, meski harga dirinya jatuh berkali-kali. Cowok itu melihat wanita yang sedang memakan buah apel yang telah dikupas dengan tenang sembari kakinya yang diselonjorkan di sofa. Berlian menghela napas dan lanjut melakukan pekerjaannya.

Hari ini di ruang tamu, Berlian benar-benar menahan dirinya untuk tidak mengumpati bundanya. Pasalnya siang ini Jingga telah mengidam membuat Berlian kesal. Wanita itu mengidam melibatkan dirinya. Yah,  Jingga mengidam Berlian untuk mengepel di depannya dengan menggunakan daster yang bermotif hello kity dan juga wajahnya yang dirias menjadi badut. Sontak Berlian menolak dengan cepat, tetapi ayahnya memaksa Berlian. Jika Berlian tidak melakukan itu maka ia akan memotong uang jajannya dan Berlian pun hanya menghela napas pasrah.

Mati-matian Adit menahan tawahnya melihat anak sulungnya itu. Wajah Berlian terlihat lucu. Bedak tebal yang menutupi wajahnya dan juga bibir yang merah akibat diberi lipstick berlebihan. Belum lagi wigs berwarna-warni dengan bentuk rambut seperti pesarangan lebah. Cowok itu memakai daster berlengan pendek berwarna pink dengan motif hello kity. Ditangannya terdapat alat pengepel lantai dan ember berisi air yang duduk tenang di sampingnya. Persis seperti badut yang sedang bekerja menjadi asisten rumah tangga!

"Yang bersih Berlian. Lihat di kolong meja masih ada yang kotor," tegur Jingga saat Berlian mengepal lantai dengan tidak benar. Bagaimana tidak? Dengan berpenampilan seperti ini cowok itu disuruh untuk mengepel, bagaimana ia tidak malu? Asisten rumah tangganya yang lewat dengan terang-terangan menertawai Berlian membuat cowok itu tambah kesal.

Ia menoleh ke ayahnya yang sedang menahan tawanya. Berlian mendelik tajam memperingati pria itu.

"Bunda. Udah ah Berlian cape!" Berlian menaroh alat pengepel lantai dengan kasar dilantai.

"He sebentar lagi. Ayo Berlian, sedikit lagi. Kamu tinggal mengepel bagian sisi kanan setelah itu udah." Jingga mengelus perutnya yang sudah berusia lima bulan.

"Tapi Bund—"

"Lanjut kerjakan atau uang jajanmu Ayah potong," ancam Adit.

Berlian menghela napas. Cowok itu mengambil alat pengepelnya kembali dengan kesal dan melanjutkan pekerjaannya kembali dengan hati yang dongkol. Bisa ditebak jika teman-temannya main di sini maka ia akan ditertawakan apalagi dengan Badai.

"BERLIAN."

Sial, Berlian melebarkan matanya. Mereka berumur panjang, baru saja diomongkan dan sekarang suara dari Badai terdengar di depan rumah. Tidak ada cara lain selain Berlian mengumpat dari mereka.

Berlian ingin lari tergesa-gesa, tapi tidak sengaja kakinya memapak lantai yang licin sontak cowok itu tersungkur ke tanah dengan posisi tengkurab. Jingga dan Adit yang melihat itu tertawa terbahak-bahak tanpa berniat untuk membantu Berlian, keterlaluan!

"ANJIR BADUT DARI MANA INI OM?" teriak Badai yang sudah masuk ke dalam rumah. Ia melihat Berlian yang tengkurab di lantai tanpa berniat untuk berdiri.

Berlian meringis saat tubuhnya terasa sakit. Bukannya berdiri cowok itu malah asik tengkurab di lantai dengan wajahnya yang ia tundukkan dalam agar tidak terlihat. Tidak terlihat oleh Badai dan juga Sakti contohnya.

Adit menghentikan tawanya, "Badut jalanan Om sengaja bawa sini."

Ingatkan Berlian jika Adit adalah ayahnya. Jika tidak cowok itu pasti sudah menggaplok Adit menggunakan sendal bulu-bulunya.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang