29. Kalah Start

156 28 0
                                    

Kini perjuangan gue bertambah. Yang pertama memperjuangkan lo dan yang kedua orang tua lo. Sebelum mendekati anaknya meluluhkan hati orangnya tuanya sangat diperlukan, bukan?

~ALBIRU~

Happy reading 🍍
_____________

Berlian beberapa kali mendengus kesal saat melihat camernya lebih asik bermain catur dengan Gerry. Yah, cowok menyebalkan itu main ke rumah Permata membuat Berlian terkejut. Ia pikir ia akan bermain catur dan akan lebih akrab dengan Hero. Namun, eksptasinya salah. Sebelum Berlian dan Permata pulang, Gerry lebih dulu ada di rumah dan bermain catur bersama Hero membuat Berlian berkali-kali menahan kesalnya. Sial, ia kalah start!

Ia dan Permata memang mengunjungi cafe dulu sebentar, karena keinginan Berlian yang ingin lama bersama gadis itu, tapi bukannya ia bisa mengobrol dan lebih dekat dengan Permata. Permata malah asik mengobrol dengan Anggy. Masih ingat Anggy? Teman satu lomba nyanyi Permata saat perayaan ulang tahun sekolah beberapa hari lalu, yah gadis itu ada di cafe karena memang ia bekerja di sana. Tidak ada kesempatan untuk mendekati Permata dan juga tidak ada kesempatan untuk mendekati papahnya. Begitu miris.

"Seperti biasa. Kali ini kamu yang menang." Hero menggeleng-gelengkan kepala seraya tersenyum kagum.

Sedangkan Gerry hanya terkekeh, "Saya lagi beruntung aja, Om. Biasanya juga Om kan yang menang." Gerry membereskan peralatan caturnya.

"Tapi kamu memang akhir-akhir ini lebih jago dari saya."

"Ah Om bisa aja." Gerry terkekeh pelan.

Berlian yang melihat itu tambah panas. Ia berada di tengah mereka, tetapi kehadirannya seperti tidak diketahui. Menyebalkan!

Berlian berdehem keras, membuat perhatian Gerry dan Hero teralihkan ke arahnya.

"Eh Berlian. Om lupa kalau ada kamu, ayo sini main catur bareng Om," sapa Hero sembari mengajak Berlian bermain catur.

Berlian tersenyum cerah. Baru saja cowok itu ingin menjawab, ucapannya terpotong oleh Melati.

"Papah, Gerry, Berlian, dan Permata. Ayo sini makan dulu."

Dan Berlian mendengus mendengar itu. Ada kesempatan ingin dekat dengan Hero, tetapi  lagi-lagi digagalkan oleh sesuatu.

"Main caturnya kita undur lain kali waktu aja yah Berlian. Kita makan dulu, Om juga setelah ashar langsung ke kantor. Ada meeting mendadak."

Berlian mencoba memaksakan senyumnya, "Nggak papa kok Om. Santai aja."

"Oke. Kalau gitu ayo kita makan, Gerry, Berlian," ajak Hero dan mereka berdua pun mengangguk.

Berlian menatap Gerry dengan tatapan permusuhan, sedangkan Gerry hanya berwajah santai.

Mereka berdua pun langsung pergi ke ruang makan dan duduk bersebelahan.

Suara langkah kaki orang dari tangga mengalihkan perhatian mereka. Permata turun dengan baju santai berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam. Ia baru saja dari kamarnya.

Permata menatap ke arah meja makan dan langsung mendekat ke sana. Ia duduk di samping mamahnya seperti biasa.

Gerry menatap Permata tanpa berkedip membuat Berlian yang ada di sampingnya menginjak kakinya yang ada di bawah meja dengan keras, sontak Gerry terpekik.

"Kenapa Gerry?" Khawatir Jingga.

"N-nggak apa-apa Tante." Gerry mencoba tersenyum. Kakinya berdenyut, cowok itu menatap ke Berlian dengan tajam yang dibalas Berlian dengan gerakan bibir tanpa suara 'sukurin.'

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang