8. Kecelakaan

321 49 3
                                    

Happy reading ✨🌻

Ayam jantan mulai berkokok dengan suara yang merdu. Membuat embun di atas daun terjatuh ke tanah. Udara pagi ini begitu segar, ditambah beberapa bunga yang mekar di tempatnya menambah kesan keindahan di pagi hari. Di dalam kamar bernuansa putih kelima cowok tampan masih tertidur pulas. Badai dan Berlian tertidur di bawah dengan karpet bulu sebagai alasnya. Gaya tidur mereka begitu lucu, kaki kanan Badai berada di perut Berlian, sedangkan Berlian. Cowok itu tidur dengan bersedekap dada dan juga mulut yang sedikit terbuka. Begitu juga dengan Badai, cowok itu tidur dengan mulut terbuka dan juga air liur yang tumpah kemana-mana, jika Berlian melihat itu cowok itu tidak ingin tidur lagi dengan Badai.

Dermaga berada di dalam kasurnya sendirian. Sakti dan Angin tidur di sofa. Dermaga terbangun saat mendengar dengkuran keras yang dihasilkan oleh Badai. Cowok itu mengerjapkan matanya pelan dan duduk. Ia melihat jam dinding yang terpampang di tembok, jam dinding tersebut menunjukkan pukul lima pagi. Dermaga mengucak matanya dan merenggangkan ototnya sebentar, kemudian beranjak ke kamar mandi untuk mandi dan juga sholat.

Setelah usai mandi dan juga sholat. Dermaga tersentak saat Sakti sudah berdiri di belakangnya dengan wajah yang sudah fresh dan juga wangi. Cowok itu menunggu gilirannya untuk sholat.

"Udah?" tanya Sakti dan Dermaga mengangguk.

Cowok itu beranjak ke lemari dan mengambil seragamnya. Dermaga saat ini memakai baju putih polos dengan sarung yang melilit dipinggangnya. Cowok itu ke kamar mandi kembali berguna untuk mengganti seragamnya.

Beberapa menit kemudian. Dermaga, Angin, dan juga Sakti sudah bersiap-siap. Sedangkan Badai dan juga Berlian masih tertidur pulas di tempatnya.

Mereka bertiga tidak memperdulikan jin iprit dan jambul. Mereka langsung keluar dari kamar dan pergi untuk sarapan, setelah itu berangkat ke sekolah menggunakan motor masing-masing.

Dua puluh menit kemudian Berlian menguap lebar membuat cowok itu terbangun. Matanya mengerjap-erjap pelan, dan mulai menatap ke samping. Cowok itu tersentak, saat melihat wajah Badai dekat sekali dengannya. Belum lagi air liur Badai yang menempel dilengan bajunya. Sontak Berlian pun berteriak dan bangun.

"AAAAAA DASAR JAMBUL!"

Badai terkejut mendengar teriakan Berlian. Cowok itu langsung membuka matanya dan bangkit dari tidurnya. Ia menguap dan mengucek matanya, tak lupa untuk mengelap air liurnya yang jatuh kemana-mana.

"Kenapa sih lo," kata Badai dengan suara serak habis bangun tidur.

"Lo jorok banget. Ngapain lo deket-deket gue? Mana air liur lo udah kaya sungai nil lagi." Berlian bergidig saat mengingat Badai tertidur tadi.

"Berisik lo." Badai menguap, cowok itu beralih ke kasur dan menidurkan tubuhnya di sana.

"Woi jambul, lo mau molor lagi?"

"Hem. Udah jangan ganggu, gue masih ngantuk."

Berlian berdecak. Cowok itu menatap ke sekitar, sebentar. Angin, Dermaga, dan Sakti kemana? Mengapa mereka tidak ada? Pasti mereka sudah berangkat sekolah seperti biasanya. Emang kurang asem! Pikir Berlian dibenaknya.

Cowok itu menatap ke jam. Matanya terbelalak saat jarum pendek telah berada di atas angka 7, langsung saja Berlian ngacir ke kamar mandi dan mulai bersiap-siap. Di rumah Dermaga memang sudah ada seragam cadangan untuk Sakti, Angin, Berlian, dan juga Badai. Jadi cowok itu tidak usah susah-susah lagi untuk pulang.

Saat usai. Cowok itu langsung berlari untuk turun dan langsung ke parkiran mengambil motornya. Sial, ia pasti telat. Berlian langsung menancap gas motornya dan melesat pergi dari pekarangan rumah Dermaga meninggalkan Badai yang masih asik tertidur.

ALBIRU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang