bab 36.

2.4K 253 59
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Aku melenguh dalam tidurku. Kurasakan Matteo menyelinap masuk ke dalam selimutku dan memelukku erat-erat dari belakang. Sebelah tangannya yang besar memeluk perutku, kedua kakinya mengurung kakiku. Aku tersenyum sewaktu dia mencium rambutku. Aku mendengar bisikannya. "Mama Irene, Dadda akan selalu menyayangi mama Irene, jangan pergi kemana-mana, ya." Dia menghirup aroma rambutku lagi. Tidak berapa lama kurasakan nafasnya teratur, saat kukira dia sudah tertidur ternyata dia berbisik lagi. "Maaf aku begitu sibuk akhir-akhir ini, i love you sweet butter." Aku tersenyum, membalas bisikanya dalam hati. Malam ini jadi salah satu malam terindah dalam hidupku. Begitu sederhana tapi sehangat ini.

***

Pagi harinya aku terbangun dengan sisi ranjang yang kosong, aku memberengut lagi-lagi merasa kosong karena Matteo meninggalkanku. Anak-anak juga sudah tidak ada di sini, aku melihat jam yang ternyata sudah pukul sebelas, pantas orang-orang sudah pergi dengan urusannya masing-masing, aku teringat aku hanya ibu rumah tangga yang tidak terikat dengan urusan apapun, selain homeschooling dan mengurus anak-anak tentu saja.

Aku menyibak selimut dan turun dari ranjang dengan senyum merekah. Aku membuka ruang homeschooling anak-anak, mengintip sedikit, memastikan anak-anak aman di sana lalu turun ke bawah, di tepi kolam ada Alana bersama seorang suster sedang bermain. Aku mengernyit, tidak menemukan Matteo di manapun, apa dia ada di ruang kerjanya? Aku membuka pintu ruang kerjanya yang ternyata kosong. Matteo tidak di sana, tumpukan dokumen yang kemarin berserakan juga sekarang sudah bersih dan rapi kembali. Pelayan dengan instruksi Mike pasti merapikannya pagi-pagi sekali, mengingat dokumen-dokumen itu pasti penting.

Dua orang pelayan menghampiriku. "Anda mencari Mr. Matteo, nona?."

"Iya, Matteo di mana?."

"Mr. Matteo baru saja pergi." Jawaban pelayan itu membuatku kecewa.

"Pergi lagi ! ." Setengah berteriak aku mengulangnya. Pelayan itu menunduk takut-takut.

"Mr. Matteo tadi menunggu anda tapi anda tidak juga terbangun, beliau memasak untuk anda dan memutuskan langsung pergi tanpa berpamitan. Kami diminta menyampaikan permintaan maafnya sewaktu anda terbangun." Aku menghembuskan nafas, mengatakan tidak apa-apa meski berat.

***

Sampai sore harinya Matteo belum juga pulang. Aku sudah mandi dan membersihkan diri. Alana berlarian di halaman belakang bersama Arthur sedang Lily duduk di kursi teras belakang di sampingku. Padahal sudah beberapa kali ditinggal pergi tetapi tetap saja, rasanya menyesakkan menunggunya begini. Seorang pelayan mendatangiku dengan sopan. "Mr. Matteo sudah pulang, nona."

"Udah pulang ! ." Aku setengah berjingkat. "Arthur, Alana, Dadda sudah pulang. Ayo kita lihat Dadda." Kupanggil mereka dengan suara keras. Dengan berlari anak-anak menghampiriku. Ketika mereka sampai di depanku, kugendong Alana diikuti Lily dan Arthur. Betapa senyumku langsung mengembang hanya karena mendapat kabar Matteo sudah pulang. Bapak satu itu, tidak terasa sudah menjadi sesuatu yang penting untukku.

It's My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang