Segerombolan ibu-ibu dengan motor yang di parkir di depan abang mie ayam mendatangiku, ditangan salah satu dari mereka memegang botol air mineral yang sudah di buka. Siap untuk menguyurkan botol itu padaku, saat mereka semakin mendekat, aku mendorong Arthur menjauh. Tepat. Ibu itu melemparkan botol berisi air padaku. Botol itu mengenai kepalaku, dari rambut sampai bajuku semuanya basah.
Aku tidak tahu ternyata aku punya haters yang mengerikan begitu. Alana maju, mendorong ibu itu yang melempariku botol air mineral terbuka. Meskipun masih sembilan tahun, tubuhnya yang besar melindungiku dari jangkauan ibu-ibu itu. "Hei ! Apa yang kalian lakukan!." Tentu saja Alana terpancing emosi.
"Saya nggak ada urusan sama kamu!." Seorang ibu mendorong bahu Alana.
"Kalo mau berurusan sama ma-- sama Tante saya, ibu harus berurusan sama saya juga." Alana mengatakannya tegas, anak pemberani itu tidak punya rasa takut sama sekali.
"Apa-apaan sih kamu anak kecil!." Dia mendorong Alana. Alana balas mendorongnya balik.
"Ibu pikir saya akan takut karena saya masih kecil. Tolong dipikirkan baik-baik, ibu sama saya sama aja, bedanya ibu lahir lebih dulu." Kalimat Alana tentu saja memancing kemarahan ibu-ibu itu.
Aku bangkit berdiri, berusaha terlihat baik-baik saja meski pipiku masih terasa panas. Mengambil tangan Alana, membawanya mundur. Aku tersenyum sedikit pada ibu-ibu itu. "Keponakan saya masih kecil, mohon dimaklumi kalo bicaranya ngawur." Alana menyentakkan tangannya yang kugenggam.
"Ma!." Teriaknya tidak terima. Aku melihatnya dengan tatapan tidak dapat di bantah.
"Kita pulang aja, nak."
"Dasar pelakor!."
"Berani-benarinya dia merebut suami orang!."
"Saya do'akan hidup kamu nggak bahagia."
Alana menutup mulut ibu itu dengan telapak tangannya. "Sembarangan kalo ngomong." Aku melotot. Anak ini kok kurang ajar kelakuannya. Siapa sih yang membesarkannya? Tentu saja aku dan bapaknya, bodoh kamu Irene. Disaat seperti ini masih sempat-sempatnya aku merutuki diri sendiri.
"Mungkin ibu terbawa karakter yang saya perankan." Aku mengangguk sedikit. "Saya minta maaf, keponakan nggak seharusnya begitu, ini kelalaian saya."
"Ma!." Alana berteriak protes. Aku menatapnya tajam.
"Mungkin ibu salah paham. Semua yang ibu lihat cuma akting." Aku menyeret Alana pergi. Anak itu memberontak melepaskan diri dariku.
"Sebentar, ma." Katanya sambil sedikit berlari menghampiri tempat ibu-ibu itu. Dia berdiri tegas di didepan segerombolan ibu-ibu itu. "Saya minta maaf kelakuan saya memang kurang ajar, tapi tolonglah bu, ma--." Dia menggeleng. "Tante saya nggak seperti yang ibu lihat di tv." Dia terlihat menjelaskan dengan tegas. "Bu, di tv, di film, di sinetron atau drama apapun itu, ma-- Tante saya itu cuma akting. Dia nggak benar-benar begitu. Tante saya cuma memerankan peran yang seharusnya dia perankan. Nggak benar-benar jadi jahat atau punya karakter seperti yang ibu tonton. Mama saya--." Dia menggeleng lagi kali ini dengan desahan panjang. "Tante saya cuma akting." Dia menyorot keenam ibu-ibu itu tajam. "Cuma akting, nggak benar-benar begitu. Lagian. Ciuh! Pelakor! Tante saya itu terlalu cantik dan sangat menghormati dirinya sendiri, gimana caranya dia bisa merendahkan dirinya sendiri dengan jadi pelakor. Helllo yang bener aja! Tante saya susah payah mencapai semua ini masa iya, mau gitu aja semua usahanya sia-sia cuma karena skandal pelakornya terbongkar ke publik."
Dia mengangguk kalem. Aku yang heran sendiri, tumbem. "Sekian. Terima kasih. Saya Alana Arsen, ponakannya Tante Irene." Lalu dengan senyum simpul khas bangsawan dia mengakhiri pidato kenegaraan itu. "Saya permisi kalo begitu." Dia mengangguk sekali lagi. "Mari, bu." Lalu benar-benar pergi dengan kemenangan di pundak. Aku dan Atur sama-sama melongo melihat kehebatan anak itu. Kalo Lily ada di sini, mereka pasti jadi dua gadis keren. Anak-anakku memang sekeren itu, meskipun Alana sedikit kurang ajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Dream
RomanceDinikahi laki-laki beranak tiga yang setampan David Beckham saat masih muda, disaat usiaku masih 17 tahun! Aku menelan ludah. Dia... uhm ... Bagaimana aku menggambarkannya... Aku kehabisan nafas. Dia luar biasa tampan. Sangat seksi dan matang. Ini...