Begitu sampai di unit apartemen, apartemenku yang lain tanpa anak-anak. Aku langsung melemparkan diri di sofa. Betapa ketenangan seperti ini yang kuinginkan. Betapa kesendirian seperti ini yang kuharapkan. Bukannya aku tidak menyukai ada anak-anak di apartemen hanya saja aku tidak akan sanggup lagi jika terlalu banyak terlibat dengan bapaknya lagi.
Luka ini belum sembuh dan dia malah mau mengacaukannya lagi. Harusnya tadi kubiarkan saja Katrin membantunya bertemu malaikat maut. Biar aku tidak perlu pusing memikirkannya lagi.
"Harusnya tadi elo biarin aja bajingan itu mampus." Katrin ikut melemparkan diri di sampingku. Deru nafasnya memburu. Sepertinya dia masih menahan kemarahan. "Bajingan kayak gitu nggak pantes hidup." Dia mengerang kesal. "Elo terlalu baik hati, Ren." Andai elo tahu, gue barusan mau membiarkan elo membuatnya bertemu malaikat mau. "Ganteng sih-- terlalu ganteng malahan tapi kelakuan bahkan nggak layak di sebut manusia. Harusnya neraka mengundangnya lebih cepat."
Kami sama-sama diam. Entah sibuk dengan pikiran kami masing-masing.
Aku tidak bisa terus-terusan menghindarinya seperti ini dan sepertinya dia juga pindah bukan untuk waktu yang sebentar. Saking niatnya dia bahkan sudah mendaftarkan anak-anak sekolah di sini. Untuk kedepannya kemungkinan kita bertemu akan semakin sering, dan aku membenci kenyataan itu yang bisa saja berpotensi membuatku menyerah. Tidak Irene. Kamu baik-baik saja tanpanya enam tahun ini. Begitu banyak hal yang sudah kamu lakukan hanya untuk melupakannya, semua akan sia-sia kalau kamu menyerah dan menjatuhkan hatimu lagi. Bajingan seperti itu tidak pantas di beri kesempatan.
Seseorang mendorong pintu apartemen. Katrin waspada, dia sudah siaga dengan mengambil benda apa saja yang ada di dekatnya untuk di sembunyikan dan dijadikannya senjata. Cewek itu bisa menggunakan apa saja untuk dijadikannya senjata. Terlalu licik, berani dan bar-bar itulah Katrin sayangnya dia sedikit bodoh jika dengan orang yang disayanginya. Tahu sendiri, bagaimana dia memaki-maki Matteo sampai mau membunuhnya tadi untukku.
Saat wajah tampan Nande muncul dari balik pintu aku tidak kaget. Katrin yang mengernyit heran melihatku. Dimatanya ada tatapan menuduh. Seolah lewat mata itu dia mengatakan 'dia simpanan baru elo lagi? Aku memberinya gelengan sebagai jawaban.
Nande melihatku sebentar, ekspresi khawatir itu berubah jadi tenang. Dia ke pantry, mengambil air dan memberikannya padaku. Jangan tanyakan Nande tahu aku ada di sini darimana, Mike tidak akan pernah pergi tanpa membekaliku alat pelacak. Mulai dari mobil, ponsel sampai anting kesemuanya tersambung ke ponsel Nande. Tanpa kuberi tahu dia juga sudah tahu dimana lokasiku. Hal itu juga yang dilakukan Matteo sepertinya. Entah dia menyembunyikan alat itu dimana, yang jelas aku sekarang sudah tidak aman.
"Mr. Mike mengatakan anda dalam keadaan darurat. Saya ke sini sampai nyaris menabrak tadi." Dia melihatku tidak percaya. "Apa yang terjadi, bu?."
Aku menghela nafas panjang sebelum menjawab. "Ceritanya panjang. Kamu tidak boleh pergi sampai saya mengizinkan." Nande tersenyum. Senyuman tulus. Ngomong-ngomong Nande ini hanya dua tahun di atasku. Dia masih muda bukan.
"Itu sudah menjadi tugas saya."
Aku bangkit dari dudukku. "Saya akan tidur sampai waktu yang tidak bisa ditentukan."
"Saya akan menemani sampai waktu yang tidak bisa ditentukan itu." Belum sempat aku memberinya anggukan. Katrin terlebih dulu menjawab.
"Kita bisa bersenang-senang sambil menemani Irene selama waktu yang tidak bisa ditentukan itu." Aku melotot pada Katrin.
"Alkohol membuat elo sedikit ngelantur." Dia tidak mengubrisku. Dia melihat Nande dengan senyuman maut menggoda. Dengan senyuman ajakan tanda kutip itu, yakin deh tidak bakal ada laki-laki normal yang tidak tergoda. Sayangnya Nande sedang bertugas dan dia tidak bisa begitu. Aku menyeret Katrin mengikutiku. "Kita harus sama-sama istirahat. Elo terlihat seperti mayat hidup." Katrin mendelik.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Dream
RomanceDinikahi laki-laki beranak tiga yang setampan David Beckham saat masih muda, disaat usiaku masih 17 tahun! Aku menelan ludah. Dia... uhm ... Bagaimana aku menggambarkannya... Aku kehabisan nafas. Dia luar biasa tampan. Sangat seksi dan matang. Ini...