Aku menggoreng dada ayam yang tiba-tiba saja sudah ada di kulkas. Mungkin Matteo yang membawanya kemarin. Tadi aku terbangun karena ingin pipis lalu melihat jam yang ternyata sudah pukul lima subuh, kuputuskan langsung memasak untuk sarapan. Lagipula karena aku sudah tidak sekolah lagi, kuputuskan untuk bekerja seharian di Cacao Bliss Coffe Shop, aku harus berangkat pagi-pagi untuk dapat bonus, kemungkinan aku akan meninggalkan anak-anak jadi, aku berinisiatif untuk membuatkan mereka sarapan sebelum kutinggal. Aku harus berangkat pagi-pagi sekali, tentu saja demi bonus.
Kuangkat ayam yang sudah kugoreng. Lalu kumasukkan dua paha ayam lagi, sambil menunggu ayamnya matang aku akan menata piring di meja makanku yang sederhana ini. Selesai menata piring kuangkat paha ayam yang sudah coklat itu lalu tiba-tiba saja seseorang memelukku dari belakang. Aku langsung tersenyum menyadari Matteo yang memelukku. Tangan besar Matteo memeluk perutku, dia menyandarkan dagunya di atas kepalaku, aku juga merasa dia mencium kepalaku berkali-kali. "Kamu harum sekali, Irene. Harum parfumku, padahal kamu belum mandi." Bisiknya ditelingaku. Seperti ada getaran yang menyengat telingaku, aku sedikit berjingkat. Sensasi yang kurasakan masih sama, padahal bukan sekali dua kali Matteo bersisik begitu ditelingaku. Rasanya aku masih saja merasakan getaran itu.
"Aku suka wanginya."
"Kamu suka?." Matteo mengeratkan pelukan kami, sedikit sesak sih tapi aku menikmatinya kok. Lagipula dia juga wangi, aku suka mencium aromanya. Aku mengangguk. "Kalau gitu pakai aja parfumku." Katanya seperti ada nada kebanggaan dalam suaranya. Seperti dia baru saja memenangkan sebuah perlombaan dan dengan bangga menyombongkannya padaku.
"Pake parfum kamu dan orang-orang bakal mengira aku tidur dengan kamu." Aku mendongak, kupelototi dia. "Enggak deh. Makasih." Matteo malah terkekeh.
"Bukannya kita sudah tidur bersama tadi malam?." Kurasa sesuatu yang panas mengenai pipiku. Aku mendadak merasa malu. Padahal yang kami lakukan semalam memang tidur bersama, bersama dalam artian tidur sungguhan, bersama anak-anak. Tapi kenapa mendengar pertanyaannya begitu, aku merasa seperti kami benar-benar melakukannya. Aku merasa kakiku gemetar, aku merasa lututku seperi lemas. Apa aku akan pingsan sekarang? "Irene, astaga! Kamu sangat mengemaskan sayang. Katakan bagaimana caranya aku tidak jatuh cinta." Aku menelan ludah susah payah. Rasanya degup jantungku seperti tidak terkontrol, liar sekali. Sesuatu mengelitiki perutku dengan cara yang luar biasa. Apa sekarang aku akan benar-benar pingsan? "Kamu membuatku jadi gila, Irene!." Matteo menunduk, saat kukira dia akan berbisik dia malah semakin menunduk. Mata kami sampai bertemu, aku melihat bibirnya seperti ingin menciumku. Rasanya aku menegang. Apa aku akan kehilangan ciuman pertamaku dengan Matteo?
Sesuatu menyadarkanku, aku belum sikat gigi. Aku tadi langsung terburu-buru memasak karena teringat aku harus berangkat ke Cafe sepagi mungkin jadi, aku tidak sempat sikat gigi. Apa Matteo mencium aroma nafasku yang belum sikat gigi ini? Apa dia akan ilfil? Apa aku benar-benar sudah sangat jorok? "Aku sangat ingin menciummu, Irene." Katanya terdengar serak. Matteo memundurkan wajahnya, dia jadi membenamkan wajahnya dileherku. Aku merasakan deru nafasnya menerpa leherku. Diam-diam aku bersyukur karena sempat keramas kemarin sewaktu mandi dengan Alana. "Aku sangat menginginkanmu, Irene."
"Kamu ini kenapa sih?."
"Aku sangat menginginkanmu tapi aku tidak bisa." Suaranya terdengar lembut tapi masih serak.
"Kenapa?."
"Apa kamu mau tidur denganku?." Aku langsung berbalik dengan marah, kupelototi dia dengan tajam.
"Ngomongnya nggak peka filter!." Kukatakan ketus. Matteo malah meraihku kedalam pelukannya lagi. Sebelah tangan Matteo membelai rambutku lembut sekali. Sebelah tangan Matteo lagi membelai punggungku sama lembutnya. Aku ingin terus begini. Aku ingin kami setiap hari begini. Apa kami bisa terus begini setiap hari? Apa jika kami menikah kami bisa begini setiap hari?
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Dream
RomanceDinikahi laki-laki beranak tiga yang setampan David Beckham saat masih muda, disaat usiaku masih 17 tahun! Aku menelan ludah. Dia... uhm ... Bagaimana aku menggambarkannya... Aku kehabisan nafas. Dia luar biasa tampan. Sangat seksi dan matang. Ini...