Aku membuka pintu apartemen, melepas sepatu flat yang kugunakan lalu masuk ke ruang tamu, di sana sudah ada Mike dengan setelan hitam-hitam kasualnya, duduk di sofa. Aku tersenyum, begitu melihatku dia langsung berdiri. "Sore yang menyenangkan, Mike. Udah lama? Sori sore-sore gini Jakarta macet seperti biasa." Sapaku ringan.
"Tidak apa nona, seharusnya saya yang meminta maaf berkunjung tanpa memberitahu lebih awal."
"Justru gue yang berterima kasih, elo mau repot-repot mengunjungi gue."
"Saya sedang ada perjalanan bisnis di Singapur dan kebetulan mampir. Seharusnya anda tidak perlu membatalkan jadwal."
"Bukan masalah, lagipula gue udah lama nggak ngambil istirahat."
"Anda seharusnya tidak perlu terlalu keras bekerja, nona. Anda terlihat makin kurus." Dia terdengar seperti bapak-bapak bawel.
"Satu menit waktu gue bernilai dollar, sayang kalo gue cuman berleha-leha."
"Meski begitu anda harus tetap menjaga kesehatan anda, tidur anda sangat kurang, nona."
"Ya ntar gue banyakin deh. Elo mau minum apa? Lemon ice? Or yang lain? Teh?." Aku menggulung lengan blouseku dan memasuki pantry, kudengar langkah Mike mengekor di belakang.
"Teh saja, saya merindukan Indonesia." Mike berkata sambil duduk di kursi bar.
"Sejak terakhir kali elo ke sini, empat bulan yang lalu. Gilak lama amat." Aku mengambil panci dan memanaskan air.
"Saya benar-benar sibuk belakangan ini."
"Perusahaan baik-baik aja?."
"Kami baru saja mengakuisi sebuah perusahaan, Mr. Matteo menyerahkan semua tanggung jawabnya kepada saya, manajemen perusahaan itu buruk sekali. Saya jadi melakukan terlalu banyak hal dan tertahan kemana-mana." Aku tersenyum.
"Yang sabar, ya." Aku mengatakannya sambil pura-pura ikut berduka.
"Saya tadi mampir ke perusahaan anda dan bertemu Nande."
"Bagus, elo emang seharusnya membicarakan bisnis sama Nande, kepala gue nyut-nyutan kalo ngomongin bisnis lagi."
"Itulah mengapa saya bersikeras anda tidak terlalu banyak mengambil pekerjaan."
"Gue punya Tia yang harus dinafkahi."
"Saya dengar Richard Thomas mengaku sudah tidur dengan anda?." Aku tertawa kencang.
"Dia mendekati gue sejak empat tahun yang lalu, saking frustasinya sampe halusinasi."
"Nona, anda seharusnya lebih membuka diri." Nadanya jadi seperti seorang ayah yang menegur putrinya karena bandel.
"Gue melakukan banyak hal dan nggak punya waktu untuk itu, Mike."
"Apa anda tidak ingin pergi ke pesta dengan seorang pria?."
"Udah ada Nande, dia bersedia melakukan apa aja buat gue."
"Kalau begitu lain kali saya akan melarangnya melakukan itu untuk anda."
"Dia kerja sama gue."
"Dia ada di bawah komando saya."
Aku pura-pura nyengir. "Lupa, yang punya perusahaan kan elo, bukan gue." Aku menyajikan teh yang masih panas ke hadapannya. Mike mendorong sebuah undangan pesta ke hadapanku.
"Kevin Wibisono, teman baik saya meminta anda hadir di pesta ulang tahunnya."
"Elo mau jodohin gue?."
"Bagus kalo anda tertarik.?."
Aku mengambil undangan itu. "Terima kasih, gue akan meminta Nande untuk menemani."
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Dream
RomanceDinikahi laki-laki beranak tiga yang setampan David Beckham saat masih muda, disaat usiaku masih 17 tahun! Aku menelan ludah. Dia... uhm ... Bagaimana aku menggambarkannya... Aku kehabisan nafas. Dia luar biasa tampan. Sangat seksi dan matang. Ini...