Benar dugaanku, Matteo menghajar Axel seperti orang kesetanan. Axel dipukul sampai dia terjungkal. Matteo menduduki perut Axel sambil menghajarnya sampai hidung Axel berdarah. Axel tidak bisa melawan karena tenaga Matteo dan tubuhnya yang jauh lebih besar. Cowok naas itu hanya mampu mengerang sambil melindungi wajahnya dari serangan Matteo, sayangnya seberapapun erangan kesakitan Axel, Matteo masih tidak melepaskannya.
Aku hanya menonton sampai Axel terlihat sangat tidak berdaya dan nyaris pingsan tiba-tiba saja aku langsung tersadar. Buru-buru aku mendatangi tempat Matteo untuk menghentikannya sebelum Axel betulan mati karena ulahnya. "Kamu bisa bikin dia mati!." Matteo masih tidak peduli denganku. Apa orang yang emosi begitu? Apa mereka sudah tidak peduli dengan akal sehat? "Udah Matteo, kamu bisa bikin dia mati!." Matteo masih tidak juga berhenti. Aku tidak punya pilihan lain selain menggunakan anak-anak. "Ada anak-anak yang tidur di kamar aku, kamu mau anak-anak ngeliat kamu menghajar orang sampai nyaris sekarat kayak gini." Berhasil. Matteo berhenti. Dia terengah-engah sambil turun dari atas tubuh Axel. Aku melihat dadanya bergemuruh luar biasa hebat. Dia diam beberapa lama sambil menormalkan deru nafasnya. Aku mendekatinya, kupeluk dia dari samping. Kurengkuh tubuhnya yang besar. Aku mendekapnya sebisaku meskipun tubuhnya yang besar tidak bisa kujangkau sepenuhnya. Tapi Matteo tidak membalas pelukanku, dia masih menenangkan diri. Aku mengerti. Kuusap lengannya yang besar. Kutenangkan dia dengan usapan di punggung.
Lalu terdengar suara deru mesin mobil, suara langkah kaki banyak orang yang seperti mengepung rumahku. Lalu dari arah ruang tamu aku melihat ada banyak orang berpakaian hitam-hitam masuk ke rumahku. Aku melihat laki-laki bule dengan rambut gondrong yang kutemui sewaktu mencari Matteo di kolam renang kemarin. Itu tangan kanannya. Itu Mike. "Itu orang-orangku." Jelas Matteo.
"Aku tahu." Matteo melihatku dengan alis terangkat. Aku jadi melihat keningnya berkerut, aku suka sekali melihatnya begitu tapi kali ini aku tidak bisa melihatnya lebih lama, aku berpaling untuk melihat Mike. Mike melihatku, kukeluarkan ponsel Matteo dari saku atas bajuku. Kutunjukkan ponsel itu kearah Mike. "Kamu udah di sini aku matiin ini sekarang."
"Kamu merekam dari tadi?." Matteo langsung bertanya cepat, suaranya terdengar tidak percaya dan sedikit takjub.
Kujawab dia sekenanya. "Aku video call sama dia dari tadi."
"What the fuck!." Matteo langsung berdiri cepat. Ekspresinya menyiratkan ketidaksukaan yang kentara. Aku sendiri juga bingung dia ini kenapa sih? Matteo berdiri didepanku, tubuhnya yang besar jadi menghalangiku melihat Mike.
"Kamu ini kenapa sih?." Matteo masih melihatku lurus, tatapannya mengunci mataku seolah aku hanya boleh melihat mata hijau itu saja.
"Mike, urus bajingan ini." Matteo mengatakan itu sambil mendorong bahuku masuk ke kamarku. Bodohnya, aku malah tidak bertanya, aku dengan gampangan menurut saja. Kukira aku memang bodoh sungguhan.
Matteo menutup pintu kamar, aku langsung mendadak siaga dengan horor tapi juga tidak melakukan apa-apa toh ada anak-anak di sini, Matteo tidak akan berani macam-macam. Aku duduk dipinggiran ranjang sambil memperhatikan Matteo mengemasi barang-barang anak-anak , seperti botol susu milik Alana, laptop milik Matteo yang digunakan menonton kemarin dan beberapa baju ganti anak-anak yang dimasukkan kedalam satu tas besar berwarna coklat. Tas khusus perlengkapan anak-anak.
Aku terus saja memperhatikannya sambil sesekali berpaling mengingat Matteo yang dengan kurang ajar keluar kamar mandi dengan bertelanjang dada. "Kamu mau pulang sekarang?." Matteo mendongak, aku melihat ada tetesan air dari rambutnya yang masih basah turun melewati lehernya. Aku menelan ludah lalu menggeleng keras-keras. Apa sih yang aku pikirkan? "Padahal aku udah masak, biarin anak-anak makan dulu abis itu pulang, ya." Aku mendekatinya untuk ikut duduk di bawah lantai. Matteo melihatku lalu bibir tipis itu tersenyum. Dia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Dream
RomanceDinikahi laki-laki beranak tiga yang setampan David Beckham saat masih muda, disaat usiaku masih 17 tahun! Aku menelan ludah. Dia... uhm ... Bagaimana aku menggambarkannya... Aku kehabisan nafas. Dia luar biasa tampan. Sangat seksi dan matang. Ini...