#15

5.6K 397 2
                                    

Kamis sore ini pesantren mengadakan bersih-bersih umum. Mengingat besok pagi sudah diperbolehkan pulang. Biasanya yang rumahnya jauh tidak bisa dijangkau dalam sepuluh hari, akan memilih menginap di rumah saudaranya atau rumah teman mereka. Sedang di pesantren akan dijaga oleh warga kepercayaan pengasuh.

"Rani!"

"eoh, ada apa Na?"

"udah selesai nyapunya?" tanya Anna

Rani mengangguk

"pinjem dong, hehe"

"oke"

Sembari menunggu penutupan bersih-bersih, Rani memilih duduk di teras asrama. Memandang halaman masjid yang penuh santri putri berjamaah menyapu

"Rani"

"eh Ilmi"

"gimana?udah kelar masalah anti?"

Rani mengangguk tersenyum

"ana kaget tau anti cerita itu, haha" kekeh Ilmi

Iya, Rani menceritakan semuanya pada Ilmi. Dari pertama percakapannya dengan ustadz Febri sampai masalah tidur di kelas kemarin. Bahkan pembicaraan orang tuanya saat di rumah sakit. Rani menceritakan semuanya. Bagi Rani, hanya Ilmi yang menurutnya sehati untuk mengungkapkan perasaannya. Atau biasa disebut 'teman curhat'

"padahal maunya Suga-Suga itu yakan, eh dapatnya ustadz" Ilmi menahan tawanya. Ia ingat temannya ini selalu mengedepankan oppa-oppanya jika berhadapan dengan 'cowok ganteng'

"biar alim anti nya Ran, dapet ustadz-ustadz"

Rani mendengus kesal

"alhamdulillahnya ganteng, incaran anak SMA lagi,beuh"

"Ilmi diem gak?!"

"wkwkwk bawa Sehun ke sini dulu"

Rani menyenggol pelan lengan Ilmi "Sama aja kayak ana. Gitu ngeledekin tadi"

Ilmi tertawa "yaudah Chanyeol aja dah"

"pala lo bang ceye"

Ilmi tertawa keras. Rani yang hampir tiap hari berucap kasar, kini galau hanya karena cowok yang bukan oppanya

"heh Ilmi ketawanya" tegur Khansa yang tak sengaja melewati mereka dengan cikrak ditangan kirinya

"hehe afwan afwan"

"sukurin"





Malam ini setelah makan malam seluruh santri kembali ke kamar masing-masing. Tidak ada kegiatan. Ah, lebih tepatnya menyiapkan untuk pulang besok.

Seorang santri putri dengan mukena putihnya duduk manis di balkon asrama. Menumpu kepalanya dengan kedua tangan yang ada di meja kecil. Mata indahnya menatap masjid yang berdiri kokoh diantara asrama putra dan putri itu. 

Buku harian berwarna hitam itu setia menemani Rani sejak ia usai makan tadi. Ia memilih duduk sendiri disini. Memorinya memutar malam kemarin. Malam ia ke uks memenuhi panggilan ustadzah Malfa



"ada apa ustadzah?" tanya Rani usai salamnya dijawab oleh ustadzah Malfa

"tutup pintunya, dan duduk di sini"

Rani menurut. Ia duduk di brankar uks. Sedang ustadzah Malfa duduk dengan kursi plastik di depannya

"ini ada roti bakar rasa coklat untukmu"

"hah? emang saya nitip?"

ustadzah Malfa menggeleng

"udah makan aja, kamu suka kan?"

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang