#37

4K 317 6
                                    

Malam penghujung masih meriah walau acara sudah mengijak ditengah. Tepuk tangan memenuhi langit pesantren. Sangat terdengar jelas dari Rani berada. Rooftop asrama putri

Tempat yang jarang dipijak. Jemuran sudah ada tempatnya. Jadi tidak ada alasan untuk bisa ke sini. Sinar bulan membantu pencahayaan Rani malam ini. Langit malam tanpa bintang. Rani duduk sembari memeluk lutunya. Ia biarkan mukenanya menyentuh tanah. Ia sedang tidak sholat, jadi tidak mengkhawatirkan kesucian tempat. Asal ndoprok bahasanya.

Ia berkali-kali mengusap air matanya. Mengingat kejadian yang tidak sengaja tadi membuat ia sesak. Matanya sempat bertemu dengan mata suaminya. Namun dengan cepat ia putuskan. Ia masuk kamar dan mengganti kerudungnya dengan mukena

"Pacaran di pesantren yang backstreet aja susah apalagi udah nikah. Cemburunya another level"

"Gue publikasiin kali ya biar gak ada ciwi-ciwi ganjen"

"Tapi boleh gak ya? ini aja harus profesional. Kalo udah pada tau pasti itu ustadz jadi percaya diri manggil-manggil gue. Gak enak dipandang kan ama yang lain"

"Kalo sembunyi terus bakal gak abis ini drama"

Rani menghembuskan nafasnya kasar

"Mas Febri  emang yang harusnya keluar"


Malam makin larut. Acara berjalan lancar hingga dua acara akhir. Rani hanya memandang punggung background  dan santri putra putri yang duduk rapi. 

Duuaarrrr.... duaaarrrr...

Rani mengulas senyum menatap ke atas. Kembang api kini mewarnai langit malam.

Indah

"Gue gak bisa seneng" ujar Rani lirih. Ia beranjak mendekati tandon air. Untungnya tidak basah. Ia duduk dan menyenderkan badanya

"Sekuat-kuatnya cewek juga butuh sandaran :) "

"Tapi kalo jomblo ya nyender tembok aja. Haha. Tandon air juga bisa. Ahahahha"

"Eh gue kan gak jomblo anjir. Cuman lagi jauh aja :') "

"Apado gwaencana~"


Angin malam menyapu lembut kedua mata Rani. Suara kencang dari sound acara mengalahkan rasa kantuknya. Hingga membuat pandangannya gelap.






"Eh liat Rani gak sih?" tanya Ilmi pada Anggun. Temannya itu sedang mengoleskan krim malam sebelum tidur

"Em enggak. Dari acara ana gak liat"

Ilmi mendesah. Ia juga sama, bahkan teman gengnya juga tidak ada yang mengetahuinya. Kini mereka berlima sedang menyebar menanyakan satu persatu anggota kamar

"Gimana Mi?" tanya Gina

Ilmi menggeleng "Gak ada yang tau juga"

"Rani beneran gak ada?" tanya Nurun. 

"Gaka ada woi. Kemana sih tu curut" Ilmi membuka lemari Rani. "Ada kerudungnya. Dia pakek mukena berarti?"

"Sumpah anak kamar sebelah juga gak ada yang liat" Najma masuk kamar bersama Asma

"Lapor di jemuran juga gak ada" Anna menyusul

"Apa ke gedung sekolah?"

"Ngapain eh?"

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang