#50

4.6K 348 21
                                    

Hai preennn

oh ternyata banyak yang siders :'(

hai klik mu pada bintang yang ringan itu sangat membuat author senang loh

bukan hanya aku, tapi semua author :)


happy reading~

.

.

.



"Raniii cepetan kek" teriak Gina dari luar kamar

"Bentar sih"

"Udah kelas duabelas masih aja lemot" cibir Anna setelah melihat Rani keluar kamar

"Sorry sayang" goda Rani

"Apaan iw jijik aku mas" timpal Ilmi ikut bercanda

"Sarap kalian berdua." Anna memukul pelan kedua kepala sahabatnya


Pagi ini seluruh santri putra dan putri sudah berkumpul di aula. Pesantren sudah rapi dengan adanya kelas duabelas yang datang lima hari lebih awal kemarin

Seperti biasa, hari pertama akan ada pengenalan ustadz-ustadzah baru. Berikut dengan peraturan yang akan dibacakan kepada santri-santri barunya. Perkumpulan dipimpin oleh ustadz Aziz dan ustadz Najib

"Ran inget gak tahun lalu waktu kayak gini heboh ustadz Febri" senggol Najma pelan

"Diem Ma"

Najma menutup mulutnya. Menahan tawa

"Ustadz Febri masih lanjut sini ya?" tanya Ilmi celingukan ke depan

"Iya tau, kata beliau sembari kuliah" sahut Caca yang tidak jauh duduknya. Suara cempreng itu mengundang atensi Rani dan Najma

"Kata siapa dah?" tanya Asma

"Ana chatingan kemarin waktu libur" 

"Ih ngibul." Anna menatapnya sinis

"Yeeh gak percaya?" Caca menatap lekat Anna

"Emang beneran ya Ran?" bisik Najma

Rani mengerlingkan matanya. "Gak ada. Kalo gue tau, gue banting tuh hp ustadz Febri"

"Syuut kenceng amat ngomong gue nya" peringat Najma. pasalnya mereka kini sudah kelas duabelas plus anggota organinasi. Jika ketahuan menggunakan bahasa daerah atau lainnya akan mendapatkan hukuman lebih berat.

"Berarti boong ya?" tanya Najma lagi

"Iya iya. Toh juga nanti kalo ada yang lebih cakep juga ngelirik" cibir Rani memanyunkan bibirnya




Hari makin siang, dan perkumpulan baru saja dibubarkan. Jam menunjukkan setengah sebelas, acara setelah ini kosong lalu persiapan sholat. Santri putri berhamburan ke arah ruang makan, membuka jajanan mereka dari rumah dan memakannya bersama-sama. Seperti sudah tradisi sejak dulu

"Ayoo kelas duabelas yang mau makan ana tunggu di bawah" teriak Anggun dari luar kamar. 

"Antazhir!" (tungguin)

"Bisur'ah kek!" (cepetan)

"Na'am na'am "

"Ran ikutan?" tanya Asma

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang