#61

4.2K 343 19
                                    

eyyo yo yo

aku datang lagiiii, yey

yuk jangan lupa vote dulu ya, bentar aja kok :)


oke lechugoo~

.

.

.



"Ustadzah Rani sakit apa sih?" tanya Khansa pada ustadzah ngajinya. Ustadzah Sita

"Em ustadzah juga kurang tau. Ustadzah Salsa yang bilang ke ustadzah bukan Rani, jadi gak tau sakit apa"

Khansa mengangguk paham. Sedang Ustadzah Sita menghela nafasnya lega

"Kalau antum gimana sama paksu Us?" tanya Neni menahan tawanya

"Alhamdulillah sehat" jawab ustadzah Sita

"Ustadzaahh izin ambil minum yaa" izin salah satu anak SMP yang satu tempat ngaji. Salwa namanya

"Iya jangan mampir-mampir ke tempat ngaji lainnya" peringat ustadzah Sita yang diangguki Salwa.

Malam ini malam Senin, karena pagi dan sore tadi libur mengaji jadi sekalian malamnya diliburkan dari tempat mengaji sendiri. Biasanya diisi makan bersama. Memang jika tidak ada kerjaan di pesantren, makan-makan jalan keluarnya.

"Kalian gimana ngajinya selama ustadzah cuti nikah kemarin?" 

"Kita diawasi sama ustadzah Dewi, kalo setoran sama Fathia Ilma yang udah selesai" jelas Neni

"Tambahan gimana?" tanya ustadzah Sita

"Langsung sama ustadzah Dewi" sahut Intan. Santri kelas 11

Ustadzah Sita mengangguk-angguk.



***


Seminggu kemudian



"Mas jangan ke pesantren sih hari ini" melas Rani menggenggam ujung kaos putih suaminya.

"Hari ini bagian sekretaris lagi sibuk-sibuknya ay. Mas jadi ketua penganggung jawab harus disana" jelas ustadz Febri mengelus surai istrinya

"Emm masa gak ada yang lainnya?"

Ustadz Febri diam. "Ustadz Oki, tapi beliau lagi ngurus rumah Kyai"

Rani melepas pelan genggaman pada kaos ustadz Febri. Entah kenapa ia hari ini tidak ingin ditinggal sama sekali." Yaudah deh". Rani merebahkan dirinya. Bosan sekali, selama ia hamil hanya di kamar atau enggak di ruang santai di samping kamarnya. Untung ada kulkas di lantai dua, setidaknya ia bisa menyimpan cemilan dan minuman di sana.

"Mas tinggal ya?"

Rani mengangguk terpaksa. Masih pukul delapan, ia menarik selimutnya dan memejamkan matanya.

"Nanti kalau ada apa-apa telfon. Dadaah sayang" pamit ustadz Febri seraya mencium kening Rani.

"Assalamu'alaikum"

"Hm, wa'alaikumussalam"



...


"Eh harusnya Rani udah lahiran kan ya?" Anna membuka pembicaraan. Kini sahabat yang terdiri dari lima santri putri itu sedang bergabut ria di samping Asrama. Usai pembersihan.

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang