#35

4.9K 309 4
                                    

Typo maaf ya, langsung di up tanpa baca lagi wkwk

selamat membaca~

.

.

.


Malam nasyid tiba. Panggung sederhana sudah berdiri indah di depan masjid. Lampu-lampu kecil dan tanaman pun turut menghiasi panggung. Semua berkumpul di depan panggung. Peserta lomba santri putra dan putri menjadi satu.

Ustadz Najib, ustadz Febri, Ustadzah Salsa dan ustadzah Syifa menjadi juri. Panitia nasyid lebih banyak anggotanya ketimbang panitia-panita sebelumnya. Karena acara ini juga membutuhkan tenaga yang banyak

Rani dan deretan kelas sebelas duduk berlesehan di belakang. Membawa cemilan kecil-kecilan


"Eh kakaknya Asma dateng?"

"Masa? mana mana?"

"Tuh pakek kerudung hitam trus jaket denim"

"Ngapel gak sih jatuhnya?"

"Beneran suka sama ustadz ganteng ya?"

"Kata Asma gitu"

"Iya tau orang kemarin kakaknya cerita gimana bisa suka"



"Syut denger gak anak-anak ngomong apa barusan?" tanya Anna kepada teman gengnya. Kini mereka berlima duduk di paling-paling belakang

"Denger denger" Gina menyahut 

"Beneran ya?" tanya Anna lagi

"Iya kemarin juga Asma cerita. Pas anti lagi kumpul buat acara besok itu" jelas Najma

Anna mengangguk-angguk kecil

"Caca panitia nasyid juga?" tanya Rani. Matanya menangkap temannya Caca sedang menyiapkan taplak meja untuk juri

"Iya Ran" jawab Ilmi

"Dah tu persaingan dingin" imbuh Anna tertawa renyah



"Tuh tuh si Caca juga panita kah?"

"Wow bener baybeh"

"Ada perang dingin epribadih"

"Si Caca tau kan ya kakaknya Asma juga suka"

"Pasti  taulah"

"Kalo kayak gini kita gak nikmatin nasyid tapi mereka. Hahahhaa"

"Lahiya bener"


"Ck julid amat asyu. Sialan"

"Ran Ran jangan diremes dong jajan ana" Ilmi merebut paksa ciki-ciki yang digenggam kuat Rani

"Eh eh afwan. Ana gak sengaja" 

"Mikirin apasih Ran ampek ketekuk gitu wajahnya?" tanya Gina

"Gak apa-apa. Hehee"

"Kamus cewek. Gak apa-apa samadengan ada apa-apa" Anna menggurui

"Apaan sih" gerutu Rani


Perlombaan dimulai. Peserta bergantian menaiki panggung. Putra putri begitu selanjutnya.

Ditengah ramainya malam ini, mata Rani tak berhenti memantap dua rivalnya itu. Yang satu cari perhatian sok sibuk dengan juri, yang satu berdiri menonton nasyid di dekat juri

"Ana pergi dulu"

"Mau kemana Ran?" tanya Najma

"Ke ustadzah Malfa"

"Oh iya"



"Assalamu'alaikum ustadzah Malfa"

"Ck uks gelap. Gak ada ustadzah ya?"

"Ya Allah aku lagi badmood. Pengen ketemu ustadzah Malfa :("


"Cari Malfa Ran?" 

"Eh ustadz Azmi. Hehe iya, dimana ya ustadz beliau?"

"Malfa belum pulang dari tadi sore Ran. Katanya sih ganti jaga"

Rani mendudukkan dirinya lesu. Suasana hatinya benar-benar tidak enak sekarang

"Kenapa Ran?" tanya ustadz Azmi. 

"Lagi badmood aja ustadz. Pengen ke ustadzah Malfa malah gak ada"

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam. Ustadzah Lili" Rani berdiri dan mencium tangan ustdzahnya

"Kenapa kalian?"

"Nih ustadzah gayaan badmood" cibir ustadz Azmi

"Kenapa to Ran? padahal lagi rame tuh di sana" tunjuk ustadzah Lili dengan arah matanya

"Emm yaa badmood aja ustadzah. Hehe. Saya disini aja"

Ustadzah Lili mengulas senyumnya. "Azmi biar saya berdua sama Rani di sini"

"Oh na'am ustadzah. Saya pamit dulu. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"


Ustadzah cantik berkepala dua itu mendekat ke santri putri kecilnya. Dielus pelan kepala yang tertutup kerudung 

"Ada apa Ran? Febri lagi?"

Sontak Rani menoleh terkejut. "Lagi? apa selama ini kalo gue ngambek gajelas ustadzah Lili tau?"

"Emm.."

Ustadzah Lili terkekeh. "Febri cerita kok. Tentang kegelisahan dia. Tentang kamu juga. Tentang apa yang harus dia lakukan buat kamu. Dia masih muda Ran, tapi dia memilih jalan yang baik meski berat"

"Hah?"

"Dia menikah di umur dua puluh lima bukan? masih kuliah, belajar buat perusahaan ayahnya juga. Dan menikahi kamu. Kamu tau alasannya?"

Rani mengangguk. Menghindari kemaksiatan.

"Sekarang coba apa yang bikin kamu badmood? apa Febri?"

"Bukan sih ustadzah. Tapi.."

"Tapi?"

"Yang suka sama ustadz itu banyak. Temenku, dan dua orang dewasa seumuran ustadz"

"Cemburu?" 

"Ya iyalah ustadzah" rengek Rani

"Gak papa, itu tandanya kamu beneran sayang"

"Em saya takut juga kalo ustadz berpaling"

"Loh kenapa?"

"Ada dua orang dewasa yang suka sama beliau kan ustadzah. Sedang saya? umur saja masih delapanbelas. Barusan bikin KTP juga telat. Saya masih SMA, pikirannya masih labil. Em saya juga belum bisa seromantis istri orang. Bagi saya ini terlalu cepat"

"Jadi kamu takut kesaing sama dua orang dewasa itu?"

Rani mengangguk. "Mereka cantik ustadzah. Ilmunya juga pasti banyak. Yang satu udah tigapuluh juz. Yang satu lagi.. tau deh, tapi cantik sih"

Ustadzah Lili tertawa kecil. "Yaudah bilang sama ustadzah Sita suruh khatamin kamu. Kurang dikit kan?"

"Iya sih ustadzah"

"Udah ah jangan overthinking. Ustadzah yakin Febri gak kayak gitu. Seharusnya ini kamu bener berjuang dong Rani biar Febri gak kepincut" ujar ustadzah Lili dibarengi tawaan kecil

"Hehehe iya ustadzah"


.

.

.


TBC hehe :)

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang