#17

5.4K 382 3
                                    

"Rani.. bangun, subuhan dulu" tangan usatdz Febri mengelus pelan pucuk kepala Rani

"engg..."

"bangun Ran, kamu ternyata susah dibangunin ya. wkwkwk"

Seketika mata Rani terbelalak. Menarik cepat selimutnya, menutupi tubuh polosnya

"Iya iya sana pergi dulu!!"

Ustadz Febri tertawa

"malu ya? kan udah tau semuanya"

"MESUM LO"

Ustadz Febri tertawa terbahak-bahak

Akhirnya ia menuju kamar mandi duluan untuk ambil wudhlu, karna sudah mandi terlebih dahulu







paginya-

"Bu"

"eh Rani, kenapa nak?"

"Rani takut bu"

"kenapa?"

"se-semalem.. kalo hamil gimana" wajah Rani memelas. Ia masih ingin bermain sama gengnya itu

hening

"lah ibu kok ketawa si :( " rengek Rani yang dibalas tertawa oleh ibunya

"kalo gak masa subur bisa jadi gak sekali Rani" tuturnya lembut

Rani mengangguk "oke deh, hahaa"

"jadi kenapa semalem?" goda ibu

"Au ah males" tinggal Rani

Ia meninggalkan ibunya yang masih menahan tawanya itu

Rani kembali ke kamarnya. Usai membantu mencuci piring ibunya tadi, ia tidak lagi mood bertemu ibunya

"ibu ih pikirannya" batin Rani kesal

Rani melangkahkan dirinya ke balkon. Ustadznya? beliau hanya izin ke kamar Rizal tadi usai makan

"kok cepet banget sih ya gue nikah nya. Baru mau bikin KTP"

"Rani"

"Eh, ustadz"

"Kamu ngapain?"

"Duduk astaga.." 

Ustadz Febri mengambil kursi, mendekat ke samping Rani

"em ustadz-"

"mas Ran" ingatnya

"iya iya. Mas"

"kenapa?"

"Mas gak ikut ke Bali?"

"Lah ini depan kamu, suami kamu" jawabnya menahan senyum

"apaan sih"

"hahaha.."

"kok bisa sih mikir ampek nikahin gue?"

"aku Rani sayang.."

"iya iya AKU"

"Gak tau"

"aneh kan"

"Rani, mas minta kamu belajar mencintai mas ya?"

Kini mata ustadz Febri menatap lekat gadis di depannya itu. Gadis yang dulu tukang ngadu sudah menjadi istrinya sah

"ke-kenapa?"

"mas sudah mencintaimu Rani"

hening

Rani tidak tau harus menjawab apa. Baginya ini terlalu cepat

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang