#47

4K 302 9
                                    

Sejak sahur tadi Rani memilih bermain dengan hp dan laptopnya. Berbicara seperlunya dengan ustadz Febri. Seperti sekarang, siang sudah berada di pukul dua, dan Rani masih berbaring malas dengan layar laptop yang menyala

"Sayang"

"Iya"

"Mas ke kantor sebentar ya, nanti sore insyaallah sudah pulang"

Rani beranjak. Mengambil telapak tangan suaminya, berniat menyaliminya

"Iya, hati-hati" singkat Rani lalu kembali berbaring

"Dia masih marah", batin ustadz Febri. "Iya sudah, Assalamu'alaikum"

Rani menjawab. Dalam hati

"Ya Allah maafin Rani yah, harusnya gak boleh masih marah gini. Tapi denger mas Febri makan masakan cewek lain tanpa gue tau aja kesel banget "



.

.


Hari makin sore, Rani sudah berkutat di dapur sejak ia menuntaskan sholat Asharnya. Ia berniat memasak makanan favorit suaminya. Soto seperti buatan mamah. Sebelumnya ia sudah menelfon ibu mertuanya untuk menanyakan resep rahasia sotonya,wkwk. Rani catat semuanya di stick note  lalu ditempelkan di pintu kulkas. 


SOTO FAVORIT MAS FEBRI  :)

SEMANGAT RANI !!


Pukul setengah empat, Rani sudah tahap dua kali percobaan dan gagal. Salah dalam pencampuran bumbu. Dan sekarang ia tinggal menunggu kuahnya matang

"Dari baunya sih enak" . Rani mengambil sendok, mencicip sedikit kuah yang sedang di masak itu

"Yes!! Alhamdulillah. Sebelas duabelas lah haha"

Perempuan itu telaten dalam memasak soto pertamanya. Selesai dengan soto, ia beralih dengan minuman dingin. Menaruh es capcinnya ke dalam teko berukuran sedang yang sudah diisi dengan es batu

"Oke rapikan meja makan"


Tok..tok..tok..


"Iya sebentar" .Rani melepas celemeknya, memakai kerudung yang sengaja ia bawa ke bawah lalu berjalan ke depan


"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

"Loh kamu?"

"Kak Ara?"

"Kamu temannya Asma kan?"

"Iya" Rani memasang wajah yang tidak suka. Tadi ia fikir bahwa suaminya yang sudah pulang. Tapi ternyata yang datang bibit-bibit pelakor

"Kamu ngapain di sini?" tanya Ara. Hatinya berdetak kencang.

"Masak barusan"

Ara mengangguk -angguk. Ia harus berfikir positif, tidak mungkin Febri mempunyai pacar. Ia tau bahwa Febri anak laki-laki yang patuh agama

Saranghae UstadziiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang