Cecil membuka matanya perlahan, pandangannya berkunang-kunang. Cecil mencoba bergerak tapi dia tidak bisa, astaga kenapa ini?
Ketika pandangan Cecil membaik, dia terkejut karena badan dan kakinya terikat, bukan hanya itu saja bahkan mulutnya tersumpal oleh lakban hitam sehingga dia tidak bisa berteriak. Cecil terbaring dilantai yang dingin dan lembab, dia melihat ke atas terdapat langit malam yang ditaburi banyak bintang. Kalau keadaan tidak seperti ini mungkin dia akan mengagumi keindahannya. Selain itu ketika dia menghadap arah kirinya dia bisa melihat pemandangan kota pada malam hari, astaga sungguh indah sekali.
Tiba-tiba Cecil menggigil kedinginan karena angin malam yang bertiup sangat kencang, astaga sedingin inikah saat berada diluar ruangan. Tapi tunggu sebentar Cecil terdiam sebentar untuk berpikir, langit malam? Pandangan kota? Angin malam?
Astaga itu berarti dia berada saat ini Cecil tepat ada di atap sebuah gedung. Tapi bagaimana mungkin, sengitnya tadi dia masih diruangan sekap. Cecil mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi.
"Apa yang terjadi? Mengapa aku ada disini?" Batin Cecil
Seingat Cecil dia sedang berbicara dengan Damar, mencoba membujuk pemuda itu untuk berhenti melakukan tindakan kejahatannya. Tapi tiba-tiba dia merasakan sakit di bahunya dan akhirnya semuanya menjadi gelap.
Brak
Suara pintu terbuka dengan kerasnya sehingga Cecil yang sedang melamun, berpikir terkejut karena suara dobrakannya itu.
Dari pintu itu keluarlah Damar yang sedang memegang sebuah pisau yang mengkilap tajam, dia tersenyum karena mendapati sandranya masih ada ditempat yang dia tinggalkan tadi, sorot terkejut dan ketakutan terpancar jelas dari matanya.
"Wah.... Kau sudah sadar?" Kata Damar. "Seperti efek dari obat bius itu sudah hilang" ucapnya
Obat bius? Pantas saja bahu Cecil merasa sakit pada saat itu, ternyata Damar menyuntikan obat bius padanya agar dia tidak sadarkan diri
Damar berjalan mendekat ke arah Cecil yang terbaring dilantai, dia memainkan pisau ditangannya dengan lihainya dan tak lupa bibirnya melengkung membentuk seringai yang terkesan kejam.
"Apa yang harus aku lakukan padamu yah.... Menusukmu dengan pisau ini" kata Damar sambil menunjuk pisaunya. "Atau mendorongmu dari sini yah"
Cecil menjadi panik karena hal itu, dia mencoba untuk melepaskan diri tapi sayangnya itu tidak berguna sama sekali.
Damar tertawa melihat Cecil yang meronta-ronta berusaha membebaskan diri. Damar berjokok dan melepaskan lakban hitam dari bibirnya Cecil.
"Tolong lepaskan aku kumohon Damar!" ucap Cecil langsung setelah lakban hitam itu terlepas dari bibirnya
Mendengar hal itu Damar tertawa. "Wah... Wah kau begitu bersemangat sekali, apa kau tak sabar ingin aku habisi seperti apa hmm" ucap Damar
"Kau tidak waras!" Ujar Cecil. "Tolong siapapun! Tolong aku!"
"Berteriaklah sesukamu, tidak ada yang bisa mendengarnya!" Ujar Damar. "Sepertinya kau ingin aku habisi dengan pisauku ini"
Damar hendak menghunuskan pisaunya ke leher Cecil tetapi semua itu berhenti karena sebuah suara. Damar dan Cecil melihat kearah sumber suara itu.
"Berhenti Damar!"
Damar terlihat tak senang melihat kedatangan orang-orang itu, sementara Cecil sangat senang melihatnya.
"Kak Lucas, Azka, Rachel , kak Mark!" Teriak Cecil memanggil
Lucas dengan segera berlari dengan gesitnya, pemuda itu langsung mendaratkan sebuah pukulan pada wajah Damar karena geram melihat kekasihnya diperlakukan seperti itu. Damar yang tak siap menghindar, akhirnya terpukul dan pisau yang ada ditangannya terlempar. Melihat kesempatan Azka berlari dan membawa pisau itu untuk diamankan.
Kesadaran Damar mulai pulih, pemuda itu berlari kearah dimana Rachel dan Mark berada. Targetnya adalah Rachel yang notabennya perempuan. Karena dia menyangka pasti dia lemah.
"Ahhh!" Teriak Mark terkejut karena melihat Damar mendekat kearahnya
Dengan sigap Rachel menendang Damar tepat dikepalanya. Damar kembali terpelanting dan mengarahkan tinjunya kepada Rachel, tetapi gadis itu dengan mudah menghindarinya.
Damar terlihat geram karena pukulannya tidak kena, dia terus menyerang Rachel dari segala arah tetapi tak ada satupun pukulanya yang mengenai Rachel. Damar terlihat kesal dan marah, sementara Rachel hanya tersenyum melihatnya.
Damar menjadi frustasi, dia menyerang Rachel dengan membabi-buta. Memanfaatkan emosi lawan, Rachel menendang kaki Damar hingga pemuda itu terjatuh ke lantai. Damar ngaduh kesakitan, dan tanpa mengenal rasa ampun Rachel langsung menindih badan Damar dan dengan cepat dia menendang kepala Damar dengan keras sehingga pemuda itu tidak bisa bangkit lagi.
Lucas, Azka, Mark dan Cecil melongo melihat aksi Rachel yang keren dan luar biasa itu. Jujur saja Cecil berpendapat adegan tadi mirip sekali seperti Kanao yang menendang kepala Tanjirou.
"Rachel kau keren sekali" puji Azka terkesima
"Apanya yang keren, aku juga bisa melakukannya. Tadi itu pasti cuman kebetulan" protes Mark tidak terima
Lucas mencibir mendengar perkataan Mark. "Lalu siapa yang tadi berteriak ketika Damar mendekat yah, hantu?" ledek Lucas
"Apa katamu?!" Teriak Mark tak terima
Azka tertawa, sementara Rachel hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Lucas mendekati Cecil yang masih terbaring
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Lucas
Cecil tidak menjawab tetapi dia menangis. Melihat hal itu Lucas langsung memeluk Cecil dengan eratnya dan mengelus-elus punggung gadis itu mencoba menenangkannya
Memanfaatkan perhatian semua orang yang teralihkan, Damar mendorong tubuh Rachel dari atas tubuhnya dan bangkit, Rachel yang tidak siap akhirnya terjungkal dan terguling. Punggung gadis itu menabrak bongkahan kayu sehingga kayu-kayu itu terjatuh menimpanya.
"Rachel!" Teriak Azka, dengan segera dia berlari kearah Rachel segera menolongnya
Sementara Damar menghampiri Lucas dan Cecil yang sedang berpelukan. Dengan segera Damar menarik Lucas, alhasil pelukan itu terlepas dan dengan segera Damar memukul wajah Lucas sampai terpental.
"Cukup sampai disini, selamat tinggal Cecil!" Ujar Damar, kemudian dia mendorong tubuh Cecil agar terjatuh dari atas gedung ini
"Tidak!" Teriak Mark sambil berlari menghampiri walaupun semua sudah terlambat
Sementara itu Cecil berteriak histeris hanya tinggal menunggu, kemudian.....
Brukk
"Aduhh sakit!"
"Ahhh punggung gua!"
Mereka mendengar suara terjatuh tapi kenapa mereka mendengar suara kesakitan dari dua orang, satu perempuan dan satu laki-laki. Tapi yang pastinya suara perempuan itu bukan suara Cecil.
Rachel tersenyum mendengar itu, dia tahu siapa dua orang itu. "Mereka datang disaat yang tepat" ucap Rachel
"Hah? Apa maksudnya?" Bingung Azka sambil membantu menyingkirkan kayu-kayu yang menimpa Rachel. Akhirnya kayu-kayu itu berhasil disingkirkan, Azka membantu Rachel berdiri
"Lihatlah sendiri" ucap Rachel
Semua yang ada di atas gedung melihat ke bawah. Azka, Lucas dan Mark tersenyum melihat siapa dua orang yang membuat suara itu.
"Astaga kak El, Indri. Kalian baik-baik saja?" Ucap Cecil, karena saat dia menindih tubuh Indri dan El
Dua orang itu tak lain adalah Indri dan El. Niatnya El akan menanpan Cecil dengan keren ala putri tapi Cecil lumayan berat sehingga El tidak kuat dan akan terjatuh, Indri yang melihat itu mencoba membantu tapi malah ikut terjatuh juga. Dan pada akhirnya mereka berdua tertindih bersama.
"Tolong menyingkir dari kami" ucap Indri, mendengar hal itu dengan segera Cecil langsung berguling
"Maaf kak El, Indri" ucap Cecil
TBC
Jangan lupa voat yah terimalah yang masih baca cerita ini.
Salam manis author.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen FictionIni adalah cerita tentang kisah mereka, tentang kehidupan mereka yang berliku-liku Ini adalah cerita tentang kisah persahabatan dan percintaan mereka Ini adalah kisah pahit, sedih, bahagia dan misteri kehidupan mereka ini adalah kisah mereka yang di...