Miracle 9

32 7 1
                                    

Setelah menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, Indri terdiam menunggu reaksi dari Azka dan Cecil. Indri menunduk kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya, gugup dan takut itulah yang dia rasakan.

Karena kemampuannya Indri selalu berhati-hati dalam memilih teman, dia tak mau berteman dengan orang yang munafik. Tapi Indri tidak melihat aura itu pada Azka ataupun Cecil, mereka berdua menerima dirinya apa adanya dan menghargai apa yang dilakukan. Menjadi diri sendiri dan apa adanya, itulah yang Indri rasakan dan dia tak mau kehilangan hal itu.

Sementara itu, Azka dan Cecil yang mendengar penjelasan dari Indri hanya terdiam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Padahal kau sendiri yang menyuruhku untuk tidak berurusan dengan geng Moswanted itu" ucap Cecil sambil menghela napasnya

Indri tidak menjawab, apa yang diucapkan oleh Cecil benar adanya. Padahal dia sendiri yang memberi peringatan tapi dia sendiri yang melanggar peringatan itu. Indri seperti jilat lidah sendiri.

"Aku tahu aku salah karena aku melibatkan kalian dalam hal ini, padahal ini masalahku" ucap Indri

"Tidak Indri ini semua ini salahku" ucap Erik mencoba membela

"Indri dari mana kau tahu bahwa dia tak bersalah" ucap Azka sambil menunjuk ke arah Erik

Indri terdiam, haruskan dia memberitahu kepada Azka dan Cecil bahwa dia yakin karena kemampuannya itu. Tapi akankah mereka berdua percaya kepadanya?

"Tapi jujur saja, jika Indri yakin berarti ada sesuatu bukan. Lagi pula aku tahu kalau kau bertindak begitu pasti kau ada alasan yang jelas, dan aku percaya itu" ucap Azka tersenyum

"Iya aku juga setuju dengan Azka, lagi pula melihat orang yang ditindas aku juga akan bertindak sama seperti Indri" ucap Cecil mengangguk penuh keyakinan

Indri tertegun mendengar ucapan Azka dan Cecil, dia melihat ke arah mereka. Aura putih yang berarti Azka dan Cecil jujur, astaga ingin sekali Indri menangis karena haru. Kepercayaan itulah yang Azka dan Cecil yakini kepada Indri.

Kring.... Kring....

Bel tanda masuk berbunyi, pertanda murid-murid SMA Nirwana harus masuk ke dalam kelasnya masing-masing

"Sudah bel aku harus ke kelas" ucap Azka

"Baiklah, lagi pula kita akan bertemu kembali saat pelajaran Kimia" ucap Cecil

Azka tersenyum menanggapinya. Dia sudah tahu bahwa pelajaran Kimia nanti kelas 11 IPA 1 dan kelas 11 IPA 3 akan disatukan. Ketika Azka akan pergi meninggalkan kelas, dia mendengar teriakan Indri.

"Pulang sekolah di taman yang tak jauh dari sekolah aku akan menjelaskan segalanya" teriak Indri yakin

Cecil hanya menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti, sementara Azka tersenyum sambil memberikan jempol kepada Indri pertanda juga bahwa dia pasti akan datang.

  ****

Bel sudah berbunyi 5 menit yang lalu tapi guru yang mengajar di kelas 11 IPA 1 belum datang juga, akhirnya ketua kelas dan wakilnya menyusul ke ruang guru. Sudah menjadi peraturan jika dalam waktu 5 menit guru belum masuk saat jam pelajaran, maka murid di kelas harus menjemput guru tersebut.

Keadaan kelas 11 IPA 1 cukup ribut, murid-murid sibuk mengobrol, ada juga beberapa yang memainkan ponselnya. Tiba-tiba keadaan menjadi tenang setelah datangnya ketua dan wakil ketua kelas.

"Hari ini Pak Ilham gak bisa hadir karena cuti melahirkan jadi sekarang jam kos" jelas sang ketua kelas

"Horeyy!" Teriak seluruh murid kelas 11 IPA 1 dengan senangnya. Setelah sekian lama akhirnya mereka bisa terbebas dari mata pelajaran PPKn yang diajarkan oleh Pak Ilham yang terkenal tegas dan ketat.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang