Pemuda itu membuka matanya perlahan-lahan pandanganya berkunang-kunang. Dia terkejut saat merasakan tubuhnya di ikat, kedua tangannya di ikat kebelakang dan dia tengah duduk disebuah kursi. Bukan hanya itu mulutnya ditutup oleh lakban, alhasil dia tidak bisa berbicara atau berteriak.
Penglihatan pemuda itu mulai membaik, dia melihat kesekitar. Ruangan yang gelap dan amat pengap, hanya ada cahaya bulan yang masuk menerobos dari celah-celah jendela yang tertutup rapat.
Pemuda itu bertanya-tanya, kenapa dia bisa ada disini? Kenapa dirinya disukai? Siap yang melakukannya? Rasa takut mulai menguasai dirinya.
Pintu terbuka dan masuklah sesosok pemuda yang seumur dengan dengannya? Tidak mungkin lebih muda sedikit darinya. Pemuda itu membawa sebuah senter ditangan kirinya, sebuah tambang dibahunya dan yang membuat bergidik ngeri adalah di tangan kanan pemuda itu memegang sebuah pisau. Pemuda itu mulai menyinari ruangan itu dengan senter yang tadi dia bawa. Pemuda itu langsung membuka lakban hitam yang tadi membungkam bibir pemuda tadi.
"Wah kau sudah bangun" kata pemuda itu menyeringai
"Si..siapa kau?" Tanya pemuda yang disekap dengan nada ketakutan
"Siapa aku tak penting, karena kau akan mati sekarang"
Pemuda tadi mulai memainkan pisau yang tadi dia bawa dengan lincahnya, seolah dia memang pandai dalam hal itu. Pemuda yang disekap melihatnya mulai ketakutan, napasnya memburu tak beraturan.
"Tu-tunggu dulu!" Teriak pemuda yang disekap mencoba menghentikan
"Aku tak bisa menunggu" kata pemuda dengan pisau ditangannya
"Kita belum pernah bertemu sebelumnya! Apa salahku padamu?!"
Pemuda yang membawa pisau terdiam, apa salahnya dia bilang? Apakah pemuda itu tak tahu sama sekali atau tak ingat apa yang telah dia lakukan itu.
"Kau tak ingat? Jangan bercanda BAJINGAN!" Teriak pemuda itu dengan marahnya. "Kau, Toni dan Opik telah membunuh Ankaa bukan?" Lanjutnya
Pemuda yang disekap terkejut mendengar hal itu. Bagaimana bisa pemuda itu tahu tentang Ankaa? Itu tidak mungkin, sangat mustahil.
"Toni dan Opik telah menerima balasannya, sekarang adalah giliranmu sialan!" ucap sang pemuda
Setelah berkata itu pemuda itu langsung menghunuskan pisau itu ke arah pemuda yang disekap.
"Aaahhh!" Teriak sang pemuda yang disekap
Rachel langsung membuka matanya dengan lebar-lebar, napasnya memburu terengah-engah. Keringat dingin mulai membasahi keningnya. Sepertinya dia melihat sesuatu yang mengeringkan, yah walaupun dia melihat hal itu dia tak takut sama sekali. Alasannya hanya satu, kejadian seperti tadi sudah menjadi pemandangan sehari-harinya.
Gadis itu menghela napas, seperdetik kemudian dia kembali tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Setelah itu Rachel kembali melanjutkan tidurnya.
****
"
Cil gue ke toilet bentar yah" ucap Indri
Cecil hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, saat ini gadis pirang itu sedang fokus membaca sebuah novel horor yang berjudul The Lagaziv karya Fany dan Ica. Novel itu menceritakan tentang lima orang sahabat yang terus incar oleh hantu keluarga Vathana, karena dendamnya kepada keluarga Virsep. Sebenarnya Cecil tak mau baca kisah horor tapi karena Indri memaksa jadi pada akhirnya dia menyetujuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen FictionIni adalah cerita tentang kisah mereka, tentang kehidupan mereka yang berliku-liku Ini adalah cerita tentang kisah persahabatan dan percintaan mereka Ini adalah kisah pahit, sedih, bahagia dan misteri kehidupan mereka ini adalah kisah mereka yang di...