Berandal SMA.
"Hinaan Terbesar Adalah saat mendapat kritikan karena ulah mulut orang sok kenal!"
— Evelin Variska —Evelin Variska berjalan di bibir jalan. Tali tas selempang yang dikaitkan ke pucuk kepala menjadi kesenangan tersendiri. Dia berlenggak-lenggok bagaikan gadis nakal yang hendak mencari korban. Selain menghitung hentakan kaki, pekerjaan lain yang dijalani hanya memperlambat langkah kaki padahal gadis lain berlomba melewati gerbang karena sebentar lagi ditutup lebih awal.
Evelin memang sudah terbiasa seperti itu. Wajar kalau orang lain seringkali merasa kesal kepada gadis yang suka mencari onar. Namun, apakah Evelin memperdulikan semua makian? Oh, tentu tidak, Kawan!
Evelin menikmati semua hinaan atau pandangan sebelah mata dari orang lain. Makian diibaratkan seperti kopi di pagi hari, rasanya begitu nikmat! Namun, Evelin memiliki alasan atas semua perlakuannya selama ini.
"Hay, Pak Satpam. Love you!" Evelin memberikan ekspresi menggoda terhadap Satpam tersebut tanpa mengenal rasa malu.
Semenjak pindah sekolah setengah tahun lalu, perilaku Evelin memang sulit terkendali. Jiwa memberontak sampai meronta-ronta ingin sekali tersalurkan. Kaki jenjang Evelin melewati lapangan sekolah yang cukup luas, dia tidak membelokan diri menuju kelasnya melainkan terus lurus hingga menuju kelas sunyi yaitu kelas 12 IPA 2.
"Aduh, pakaiannya kayak cewe murah—"
"Diem! Ikut campur terus!" sergah Evelin.
"Lo mau ngapain datang ke sini? Ngerusak suasana aja!"
"Gue mau masuk kelas—"
"Lo salah kelas!" sindir seorang gadis yang tengah berdiri di dekat pintu kelas 12 IPA 2.
Namanya Alita, salah satu gadis yang berasal dari keluarga kaya di kelas.
"Cuma mampir doang, gak boleh ya, Tante?" tanya Evelin dengan nada sedikit culas.
"Iya, Bu, gak boleh!"
Ekspresi wajah yang terlihat penuh sukacita segera berubah menjadi murung karena Alita bukanlah pengagum Evelin melainkan haters-nya. Ada beberapa faktor yang bisa dijadikan Alita sebagai alasan untuk membenci Evelin, salah satunya karena Evelin cantik dan laki-laki yang Alita suka malah menyukai Evelin.
"Kirana lagi keluar."
Alita Sebenarnya sudah tahu bahwa kedatangan Evelin karena ingin melihat sepupunya sudah sampai di Sekolah dengan rasa aman atau tidak.
"Gue gak buta kok, gue bisa lihat sendiri." Punggung Evelin langsung menyapa Alita dan dibalas dengan tatapan malas.
Alita melakukannya bukan karena membenci perkataan Evelin. Semua itu karena pinggul Evelin bertindak seenaknya, bergoyang ke kanan dan kiri secara bergantian seakan-akan ingin melelehkan iman kaum Adam di sekolahan tersebut.
Kayaknya cewe rese ini mau ngeledek gue! Cih, dasar penggoda. Batinnya berkata bahwa gerakan pinggul itu ditunjukan Evelin karena ingin mengejek ucapan Alita.
"SAMA-SAMA, TANTE!" teriak Alita namun, sudah tidak dapat menerima respon dari Evelin sama sekali, "Lebih kaya orangtua gue ajah, songong amat!"
Dari faktor keuangan sendiri, Evelin memang tidak seperti mayoritas gadis di SMA ini. Evelin berbeda karena tidak berasal dari kalangan orang-orang super kaya melainkan dari kalangan orang kaya biasa, orang tuanya bekerja keras. Namun, tidak kunjung sesukses orangtua temannya. Evelin punya satu kelebihan yang tidak bisa dikalahkan gadis-gadis lain yaitu kecantikannya tercipta karena faktor genetik serta tidak berasal dari alat-alat kecantikan secara berlebihan. Tidak lama kemudian, Evelin bergegas melangkahkan kaki menuju kantin.
Kantin SMAN ternama itu tampak cukup bersih seperti hari-hari sebelumnya, banyak lirikan nakal yang sering terarah menuju ujung kaki hingga ujung kepala Evelin, mata setiap laki-laki di Kantin tidak mau lepas dari tubuh Evelin. Berbagai macam decakan kagum dari mulut laki-laki di Kantin sama sekali tidak didengarkan, semua decakan itu sama sekali tidak penting karena tujuan utama Evelin mampir menuju tempat ini adalah untuk mencari sepupunya yaitu Kirana. Pandangan Evelin mendadak tertuju pada gerombolan laki-laki dengan gadis berambut pendek hadir di tengah-tengah kerumunan itu.
"Kirana!" teriak Evelin dengan begitu lantang tanpa merasa malu sama sekali.
Gadis yang sedang terduduk di sela-sela laki-laki segera menoleh menuju tubuh Evelin. "Hay!" sapa Kirana kepada Evelin sambil melambai-lambaikan tangannya hingga atas kepala.
Evelin berjalan dengan lengat-lengot khas menuju arah Kirana dan menyerobot banyaknya laki-laki tanpa mau mengucapkan permisi.
"Aih, si cantik."
"Wik ..., wiw ...."
Decakan kagum dari mulut laki-laki nakal terdengar kembali di telinga Evelin, semua itu seakan tidak bisa terpisahkan darinya.
"Mojok ajah lo," ucap Evelin sambil menyikut pelan tangan kanan Kirana.
"Gue cuma mengikuti kebiasaan Sepupu laknat!" Dia tersenyum nakal saat melihat dada Evelin.
"Jaga matanya ya, Cantik, jangan lihat orang sembarangan!" Evelin memutar bola mata malas. Kirana hanya terkekeh geli.
Ini adalah kegiatan yang sudah menjadi hobi sehari-hari Evelin dan Kirana. Mereka lebih senang bermain dengan laki-laki dibandingkan bermain dengan gadis lain layaknya teman-teman satu kelas Evelin.
"Hehe ... Lo pesan apa? Restu bakal traktir!" balas Kirana dengan senyuman sumringah terpampang jelas di atas kulit wajah sawo matangnya.
Evelin tersenyum penuh arti, dia melirik perlahan menuju arah laki-laki bernama Restu yang sedang terduduk cool dihadapannya.
"Restu, tadi malam lo habis ngepet ya, sampe punya duit sebanyak itu?" tanya Evelin dengan nada lemah gemulai.
"Haha ... Enak aja! Ini belum seberapa tau, kalo lo mau jadi pacar gue, lo bakal dapet lebih banyak."
Restu segera meneguk minuman gingseng di hadapannya, tetesan air dalam botol bahkan sempat keluar mengenai baju seragam.
Tidak ada jawaban yang diberikan Evelin sama sekali, dia menutup mulut saat pernyataan cinta mulai menghampiri.
Evelin tersenyum sinis, "Cinta diusia dini bukan cinta sejati, hadir karena rasa penasaran dan sering dibuat sebagai mainan."
🌾🌾🌾
Hay, bertemu kembali dengan saya! Waah ... yang belum kenal, kenalan dulu, kuy! Pantengi kelanjutan novelnya, ya? Gratis, kok. Jangan lupa Vote, komen and share info novel ini kepada tetangga, teman, dan orang tua kalian semua.
See you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Подростковая литература🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...