14. Evelin digibahkan.

1.2K 117 0
                                    

. Berandal SMA . fitri_leona .
"Apakah hidup ini sangat buruk sampai orang lain sibuk membicarakan keburukan kita?"
— Evelin Variska —








Brug!

Pintu kelas dibuka cukup keras oleh teman Evelin yang kemarin berkelahi dengan Hito, berjalan menuju ruang BK juga.

Entah apa yang terjadi?

Evelin tidak tahu apa-apa, seperti tidak ingin perduli terhadap kelakuan teman laknatnya. Dia memilih untuk menatap tajam anak-anak kelas 11 IPA 1 yang menggibahinya. Kegiatan seperti itu jauh lebih seru dibandingkan berbicara tentang aib orang lain.

"Ngapain lo? Lagi gibahin gue, ya? Kurang keras, Setan!" Evelin sengaja berteriak di sela-sela masa hukumannya. "Kalo mau gibah, pake toa aja biar budek."

Evelin membuat mereka semua kompak terdiam, dia pun hanya bisa berdecak kesal. "Ck, ck, beraninya kok ngomong di belakang? Kayak Dora dan monyetnya aja."

Tiga puluh menit kemudian, Evelin mulai berjalan gontai, malas melanjutkan hukuman Bapak Hamdan. Gerakan tubuhnya sudah tidak karuan. Berhenti, bengong, menyinisi anak-anak kelas 12 IPA 1, lanjut berlari, dan kegiatan tersebut terus terulang.

"Kaki gue bisa patah kalo terus berlari!" gerutu Evelin sambil memegangi lututnya. "Kok si Hamdan ada-ada aja, ya?"

"Dia enak-enakan mengajar setelah melihat body perempuan kayak gak punya tampang. Sekarang malah menghukum sang korban, dasar hari yang sungguh kurang ajar!"  Evelin berhenti berlari, dia sangat lelah sampai ngos-ngosan tidak jelas.

Dia mengintip pintu kelas dan baru sadar bahwa Pak Hamdan sedang lengah karena sibuk mengajar. Ada kesempatan bagus untuk lari dari hukuman.

"Seberapa abad lagi sih kegiatan romusa ini berakhir?" Evelin menghentak-hentakan kaki menuju lantai. "Gue capek lari terus. Dikira Wonder Momen yang bisa keliling sabang sampai merauke."

"Eh, tapi Pak Hamdan lagi sibuk mengajar—" Evelin tersenyum bahagia, dia membuat orang lain curiga ketika melihat senyuman tersebut. Ide gilanya mendadak muncul begitu saja. "Kabur, ya? Kabur? Nggak? Kabur aja deh!"

Pada akhirnya, Evelin memilih pergi saja. Namun, hanya orang bodoh seperti Evelin yang lari dari Guru Sejarah, tetapi malah kabur menuju ruang BK.

"Kayaknya cuma orang goblok yang bolos ke BK. Eh, jadi gue goblok dong!" Evelin berhenti melangkah, sadar kalau dirinya sudah melakukan kesalahan yaitu membolos pelajaran Sejarah menuju ruang BK.

"Gimana, ya? Gue heran, kenapa mereka berdua pergi ke ruang BK." Dia melambatkan langkah kemudian termenung sendiri seperti memikirkan masalah berat. "Orang yang bersahabat, eh, kayaknya gak deh soalnya si Hito adalah musuh bebuyutan gue!"

Evelin menekuk wajah, melipat tangan kemudian bergumam, "Mana ada yang borgol tangan sahabatnya sendiri terus diseret ke ruang BK."

🌾🌾🌾

Evelin mengintup jendela BK dengan sangat hati-hati karena merasa penasaran, Kenapa Hito dan dia bisa masuk BK secara bersamaan? Apa karena kemaren beradu tangan? Kayaknya begitu deh, semua bisa terjadi.

Evelin menganggukan kepala dan merasa yakin dengan feeling dalam dadanya. Dia menepis rambut di depan wajah.

"Mereka lagi ngomong apa sih! Udah gak denger, gak keliatan pula!" Evelin menjinjitkan kaki. Jendela tersembunyi itu seakan lebih tinggi daripada kepalanya.

Tap!

Pundaknya tiba-tiba ditepuk dari belakang, Evelin langsung kaget. Ketika menoleh, dia melihat Pak Hamdan sedang menahan emosi karena Evelin kabur dari masa kuhuman larinya.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang