"Gak usah mengeluh panjang lebar lagi. KALIAN GAK AKAN PERDULI, KAN!"
— Evelin Variska —Dia sedikit mendongak dan langsung sadar bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Bu Seli, Hito, dan juga teman satu kelasnya kompak menoleh.
"Apa liat-liat! Lo berdua mau jadi pacar gue?" bentak Evelin dan langsung membuat dua laki-laki rupawan tersadar dari lamunan.
"Heh!" Suara Bu Seli terdrngar seperti geledek di siang hari, Evelin langsung terkejut saat mendengarnya. "Kamu Pasar, bisa seenaknya bentak-bentak orang lain!"
"Maaf, Bu, Evelin cuma bercanda—"
"Bercanda boleh, tapi harus liat-liat dulu lawan bicaranya."
"Saya bercanda ke Hito sama teman satu geng. Mungkin Ibu tersinggung." Evelin langsung terkekeh geli, dua temannya juga melakukan hal serupa.
Evelin merubah ketegangan menjadi keseruan. Entah keseruan seperti apa, padahal melawan yang lebih tua tetap saja dianggap sebagai dosa.
"HEH, KAMU JANGAN BERANI MELAWAN SAYA!" Ibu Seli berdiri tegap sambil melotot tajam menuju wajah Evelin yang masih terlihat santai.
Evelin berdecak kesal, Ibu Seli yang berprofesi sebagai panutan malah teriak-teriak, kenapa gue yang suka meniru segala sesuatu malah dianggap pendosa utama?
Tidak! Evelin langsung sadar bahwa kelakuannya memang salah. Evelin menundukan kepala karena bingung harus berbuat apa. "Maaf, Bu."
"Ehem! Maafkan saya juga."
Bu Seli berdeham supaya bisa lebih tenang, emosi dalam kepala membuatnya tidak berfikir jernih. Menyuruh orang lain untuk tidak teriak-teriak, tetapi dirinya sendiri malah berteriak. Suasana BK berubah menjadi sunyi selama beberapa saat.
"Evelin, saya mau bertanya pada kamu."
"Boleh, Bu, pertanyaannya cuma satu atau seribu?"
"Satu doang!" balas Bu Seli yang terlihat terpancing emosi untuk kesekian kalinya oleh siswi SMA. "Apa kamu yang meminta Hito berkelahi?"
Pertanyaan macam apa ini? Sejak kapan Evelin meminta bantuan orang lain?
"Enggak, Bu!" bantah Evelin secepat kilat.
"Apa kamu tahu kejadian saat kedua orang ini berkelahi?" Bu Seli membuat dua laki-laki itu memalingkan wajahnya karena merasa malu.
"Tau dong!" Dia menganggukan kepala kemudian berkata, "Restu cinta sama Evelin, tapi gak becus dalam menyalurkan cintanya, dia melakukan berbagai cara—"
"Apa benar seperti itu, Restu?" Bu Seli melirik Restu dengan perasaan geram.
Restu terdiam selama beberapa saat, takut menghadapi Guru Killer di SMA. Mulutnya seperti tidak sanggup terbuka, tubuhnya seakan merinding. Akhirnya dia hanya bisa mengangguk-angguk secara perlahan.
"Evelin, seperti apa kejadian selanjutnya?" lanjut Bu Seli.
"Awalnya suka traktir makan, tapi karena terus ditolak, dia mulai berani membully."
Evelin menghela nafas panjang, dia merasa malas melanjutkan cerita unfaedah tersebut, tetapi kalau tidak bercerita, maka hukuman dikeluarkan dari SMA akan segera menantinya.
"Kayaknya Hito gak terima kalau mendengar hal-hal negatif keluar dari mulut laki-laki untuk perempuan."
Tanpa sadar, Evelin langsung tersenyum manis dan merasa kagum kepada Hito yang terus membela perempuan sampai kasus ini dibawa menuju BK.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Novela Juvenil🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...