"Kebebasanmu merupakan kenanganku dahulu."
— Evelin Variska —
Kedua tangan Bagas langsung saja menyerahkan piring berisi banyak jajanan kepada Evelin tanpa ada kata pengecualian."Ambil, semuanya buat lo." jawab Bagas sambil tersenyum manis kepada Evelin.
Evelin membalas perlakuan Bagas dengan begitu baik sampai Bagas merasa sebuah perasaan berbeda muncul, jantungnya berdetak kencang! Bagas ingin menatap wajah cantik Evelin setiap saat dan setiap detik.
"Heh! Kenapa yang dikasih cuma Evelin?" sergah Kirana sambil menempeleng kepala Bagas.
Bagas tidak memperdulikan apa pun lagi selain wajah Evelin, dia mulai tidak sadar bahwa seluruh pasang mata mulai tertuju padanya.
Brak!
Gebrakan keras membuat Bagas sadar terhadap keadaan di sekitar. Orang yang tidak suka kepada Bagas saat bertingkah demian kepada Evelin adalah Restu, Deandra, Kanza dan Hamzah.
Selebihnya hanya terheran-heran dan bertanya, Kenapa Bagas bengong terus padasaat menatap wajah Evelin?
"Ngapain lo tatap Evelin kayak gitu?" sergah Restu sambil meremas kerah seragam Bagas.
Restu adalah orang yang tidak bisa menahan emosi ketika tahu bahwa Evelin mendapat perhatian lebih dari laki-laki lain. Tentunya Restu tidak akan diam saja saat tau ada orang lain yang kagum terhadap Evelin.
"Ah, e-enggak!" elak Bagas dengan ekspresi wajah ketakutan.
"Awas lo!" ancam Restu kepada Bagas.
Yang sekarang tengah ada di fikiran Bagas hanya satu yaitu perintah 'diamlah'.
"Tenang, Restu!" pinta Kirana sambil menuntun Restu agar mau duduk seperti semula.
"Apaan sih lo? Kayak bocah aja!" Evelin mendengus kesal.
"Gue suka sama lo! Gue cemburu kalo ada orang lain mendekat---"
"Gak usah banyak omong deh!" sela Evelin tanpa mau membuat area kantin bertambah ramai,
"Semua orang boleh mencintai gue dan hak gue adalah menolak mereka yang tidak gue cintai."Evelin berdiri dengan wajah berubah menjadi kurang ceria, baginya semua keributan adalah penghapus rasa senang. "Jangan banyak bicara, Bodoh! Gue cuma pengen damai, bukan terus-terusan ribut!"
"Lo mau kemana, Evelin?" tanya Kirana sambil mengikuti gerakan tubuh Evelin yaitu beranjak dari tempat duduk.
Evelin tidak menjawab dan malah pergi dengan gerakan lambat bak putri kerajaan.
"Godain bapak lo!" teriak Evelin tanpa merasakan desiran urat malu sedikit pun, dia sampai tidak memperdulikan lirikan tajam dari para pedagang di Kantin.
***
Srat!
Cambukan rotan berhasil membuat seisi ruangan terkejut. Evelin yang sedang berada di luar kelas malah kehilangan rasa percaya diri untuk masuk ke dalam kelas.
"Evelin, siapa yang ngajar?" tanya seseorang sambil menepuk pundak Evelin, Evelin yang sedang bengong menjadi begitu terkejut.
Evelin beruntung terkejut tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Hanya tubuhnya saja yang sedikit terloncat kaget. "Sial, ngagetin terus!" gerutu Evelin.
"Hehe ...." Kirana terkekeh saat melihat ekspresi menggemaskan dari Evelin karena terkejut.
"Yang ngajar adalah bu Seli, gue takut banget!" kata Evelin sambil berbisik, mulutnya begitu dekat dengan telinga Kirana, jaraknya hanya berkurang 3 cm sehingga Kirana mendesis karena geli.
"Lo jangan mendesah gitu dong. Jijik!" ucap Kirana sambil berhenti berbisik.
"Ih, geli tau?" balas Kirana.
Brugh!
Pintu kelas dibuka dengan gebrakan yang terdengar begitu mengagetkan. Evelin dan Kirana mendadak terkejut pada saat melihat Bu Seli sudah di dekat mereka.
Ibu Seli menatap kedua gadis ini dengan ratapan kesal, lagi-lagi Evelin membolos dan Kirana terus setia menemani waktu bolos Evelin.
"Ehem!" deham Evelin dengan begitu sengaja, "Hallo, Ibu! Udah lama gak ketemu, ya? Kangen gak nih sama Evelin?"
"Jangan banyak basa-basi." Ibu Seli memalingkan pandangan menuju seragam ketat dari Evelin. "Bajunya kenapa ketat lagi?"
"Karena kekecilan, Bu!" Evelin menjawab seadanya. "Ibu mau kasih sumbangan, ya? Aduh, thanks banget, Evelin jadi terharu!"
"Jangan ge'er! Sekarang kalian ke ruang BK!" perintah Bu Seli sambil berkacak pinggang.
Evelin dan juga Kirana menoleh satu sama lain, keduanya sama-sama bingung hendak menyusun kata-kata apalagi untuk membela diri saat nanti berada di ruang BK (Bimbingan Konseling).
Mungkin mereka akan diberi pertanyaan menyudutkan sampai Evelin meras jijik kalau berada di ruang BK. Sudah jelas dia tidak bersalah, tetapi semua guru sibuk menuduhnya.
"Mulai besok jangan main sama gue lagi!" pinta Evelin dengan nada jutek.
"Eh, kenapa sih?" Kirana meraih tangan Evelin, mereka berdua kompak berhenti melangkah. "Gue salah apa? Menyinggung perasaan lo? Kalimat yang mana? Gue minta maaf banget, ya?"
"Gak ada!" Evelin kembali melangkah dan meninggalkan Kirana begitu saja. "Gue takut lo terbawa pergaulan akibat sering main sama sepupu sendiri."
"Kita bolos saja," usul Kirana.
***
Selamat, anda berhasil mencapai chapter ke-2 dari novel ini. Tunggu kelanjutannya, ya!
Akan saya apload chapter yang lebih—
Hm. Lebih apa, ya? Pokoknya lebih, deh. Haha ....
Jangan lupa berkomentar!
See you❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Novela Juvenil🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...