28. Evelin Setuju.

947 104 6
                                    


"Gue udah terbiasa memendam masalah sendirian dan lebih baik begitu."
— Evelin Variska —





Perempuan memiliki kewajiban untuk menjaga dirinya baik-baik supaya terhindari dari hal-hal bodoh yang bisa merugikan diri sendiri. Namun, Evelin langsung menguap karena tidak suka dinasehati saat masih pagi buta seperti ini. Hito terlihat sangat tulus, tetapi sudah salah orang karena Evelin sulit dinasehati. Gadis itu memberikan ekspresi jenuh dan ingin murka saja. Namun, tidak tega memarahi orang sabar seperti Hito.

Ini masih pagi, tetap Hito sudah memberikan ceramah untuk gadis yang sulit di nasehati. Evelin menoleh dengan ekspresi murka, tetapi Hito malah terlihat tulus serta sabar ketika menghadapi gadis berandal seperti dirinya. Evelin tidak tega membantah perintah tersebut.

Sebagai perempuan, memang sudah menjadi kewajiban untuk menjaga diri, tidak terlalu bergantung kepada orang lain. Ya. Semua itu tidak ada yang salah.

Evelin hanya menganggukan kepala dan mengiyakan ucapan Hito karena tidak ingin terus diceramahi sampai UKS. "Iya, gue akan jaga diri baik-baik."

"Masalah itu jangan dipendam sendiri, cerita aja, gak apa-apa."

"Gue udah terbiasa memendam masalah sendirian dan lebih baik begitu." Evelin menampilkan ekspresi datar, teringat pahitnya hidup setelah kematian sang ayah.

Hito menghela nafas panjang. "Cerita aja, nanti didengerin."

"Hito, maafin gue-"

"Kenapa?"

"Gue udah merubah hidup lo-"

"Berubah jadi lebih berwarna," jawab Hito dengan enteng.

"Bukan gitu! Setelah kenal gue, lo suka berantem-"

"Demi membela wanita yang dihina, Evelin."

"Karena gue, kan?" Evelin ingin memastikan kalau dirinya sudah menjadi dalang atas tragedi yang sudah terjadi di sekolah ini.

"Stop menyalahkan diri sendiri, gak selamanya masalah berasal dari lo yang gak salah apa-apa!" Hito Fahreza kembali berjalan dengan langkah tenang.

Evelin langsung terdiam, apakah Hito benar-benar perduli? Kalau tidak, kenapa mau menggendong dari gerbang menuju UKS? Kalau difikir-fikir, jarak antara kedua tempat tersebut cukup jauh. Dari ujung menuju ujung, akan terasa lelah kalau harus menggendong tubuh beratnya.

Evelin menoleh ke arah jendela kelas yang dilewati kemudian sadar kalau keringat di kening mulai bercucuran, tetapi Hito tidak mengeluh. Evelin terus digendong seperti tidak perduli terhadap gadis lain karena terus menoleh dan memotret mereka.

Reettt!

Kasur UKS terlihat tidak terurus padahal SMA lain memanfaatkan UKS sebagai tempat membolos. Evelin menatap sekeliling, disana terasa begitu menyeramkan. Sepi karena rumor kalau tempat itu angker sudah menyebar luas.

"UKS ini udah lama gak diurus, ya?" Hito mulai melangkah.

Evelin menganggukan kepala kemudian menoleh, ternyata Hito akan mendekati pintu UKS. Dia segera menarik tangannya dan berkata, "Lo jangan kemana-kemana, gue takut."

"Takut kenapa?" Hito terlihat heran dengan ekspresi panik Evelin.

"UKS SMA terkenal angker, lo gak takut setan, ya?"

"Perbanyak do'a-"

"Tapi gue takut kembaran lo, si setan!"

Hito mulai mendekat, membuat takut dimarahi apalagi sedang berdua saja. Laki-laki mana pun bisa hilang akal kalau berduaan dengan gadis sepertinya di tempat sepi.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang