Evelin berhenti melangkah saat mendengarkan keributan dalam salah satu kelas. Karena merasa penasaran, dia mengintip dari ujung jendela, ternyata di kelas hadir Restu CS yang berkumpul seperti biasa.
Restu, Deandra serta Kanza larut dalam obrolan hangat tanpa memperdulikan dua temannya yang saling menatap dan terlihat kurang nyaman dengan topik obrolan. Sekali mereka bertiga terkekeh karena hal-hal receh.
Evelin menyatukan halis dan merasa curiga, seperti sedang membahas olimpiade. Mungkin Evelin akan terus di sana dan mendengarkan ocehan Restu CS secara diam-diam.
"Gue dengar, cuma olimpiade fisika doang yang membawa pulang piala dengan juara satu," ujar Restu dengan nada kecil.
"Lo bahagia kalau Evelin bisa membawa satu-satunya piala kejuaraan olimpiade?" tanya Hamzah sambil menaikan salah satu halis.
"Hahahaha, gue mendengarkan gosip terbaru, cuma Alitta yang mengerjakan semua soal."
Restu tertawa puas dengan berita yang tersebar ke penjuru SMA padahal belum akurat faktanya. Hamzah dan juga Bagas hanya mengelus dada, mencoba tidak ikut campur dengan obrolan sesat itu.
Mereka sadar, tidak ada yang berani melawan Restu. Perasaan sabar semakin bertambah saat mendengar kalimat, 'bukankah beberapa spesies manusia lebih menyukai berita hoaks apalagi kalau membahas topik hangat?'
Restu menggelengkan kepala lalu menjawab, "Heh, Evelin sama sekali gak menjawab olimpiade karena yang menjawab soal-soal adalah Alitta."
Dia meneguk sebotol air putih lalu menatap dengan ekspresi haus kekuasaan. Teman satu geng tidak ada yang berani menyela ucapannya. Semua terdiam saat ketua berhenti mengucapkan ocehan sampah.
"Mustahil banget kalau Evelin mengerjakan olimpiade," ucap Deandra sambil menoleh sang kembaran.
Kanza melipat tangannya lalu berkata, "Setuju. Evelin itu suka nonkrong sama kita, gak mau belajar."
Deandra menyela, "Tugas sekolah jarang pernah dikerjakan, suka bolos, hobinya godain laki-laki—"
"Mangkannya itu! Gue semakin yakin kalau Evelin gak mampu mengerjakan soal-soal," balas Restu sambil melipat tangan, menyenderkan punggung pada bangku kemudian tersenyum puas.
Bagas menatap teman satu geng dengan wajah masam, terlihat jelas kalau dirinya kurang suka kalau harus membahas aib dari sang idola yaitu Evelin Variska. Dia memajukan bibir beberapa senti kemudian bertanya, "Kalian tau kabar itu dari mana?"
"Ngapain bertanya kayak gitu? Mau jadi pahlawan kesiangan?" Restu melirik, tersenyum sinis, menggelengkan kepala pertanda tidak mempercayai pertanyaan dari babu Evelin lalu kembali bertanya, "Ihhhh, takut, ada pahlawan kesiangan. Eh, salah. Takuttttt, ada babu Evelin Variska."
"Hahhahahahahahahahaha ...." Deandra dan juga Kanza sempat saling melirik kemudian segera tertawa lepas sampai membuat Bagas meremas telapak tangan.
"Lo kayak gitu karena Evelin menolak terus, kan?" lanjut Bagas sambil memicingkan mata.
Restu melirik tajam. Ucapan menohok dari Bagas membuat emosi dalam dada bergejolak dan meminta untuk memberi pelajaran hebat. Dia beranjak dari bangku lalu mencengram kerah baju Bagas sampai nyali menciut.
"LO MAU LAWAN?" gertak Restu.
Bagas menggelengkan kepala dengan cepat seperti tidak mau adu banteng dengan Restu. Kalau dirinya nekat melawan laki-laki bertubuh tegap dan tinggi ini, maka bahaya siap menyapa.
Hamzah memutar mata, malas, kemudian berkata, "Udah, udah, jangan berantem! Lagian apa untungnya gibahin Evelin—"
"Lo gak usah ngelarang gue gibahin siapapun! Mulut gue, kenapa malah ngelarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Fiksi Remaja🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...