Ini ruangan BK!

2.4K 244 6
                                    


"Tidak ada seorang pun yang pantas dimanfaatkan."
— Hito Fahreza —






Wanita berusia 48 tahun mulai mengernyitkan dahi yang sudah terlihat keriput dan merasa tidak percaya dengan penglihatannya sendiri.

Agenda kehadiran yang diraih kemudian dibaca sebanyak 2 kali seakan menanti keajaiban, "Saya gak tau kenapa dia selalu begitu, tapi semoga saja nama Evelin gak dicoret pake tinta merah."

"Apa Ibu Kepala Sekolah yang terhormat ini masih merasa ragu? Agenda kehadirannya memang segitu," sela guru killer yang paling dibenci sebagian murid SMA termasuk Evelin Variska.

"Di sekolah kita banyak sekali guru terbaik, tapi kenapa tidak ada satu pun yang berhasil merubah sikap keponakan saya?"

"Keponakan Ibu yang tidak mau dirubah seakan sudah memiliki sikap paling sempurna--"

"Bu Seli, tolong jangan membuat suasana semakin panas, jangan terus-terusan memancing emosi saya."

Bu Seli mendongak bangga, dia tidak perduli kepada siapapun setelah berhasil menjadi satu-satunya guru yang dibenci oleh banyak siswa.

Bisa ditebak kenapa Ibu Seli dibenci oleh sebagian siswa, semuanya menjawab karena dia memiliki watak keras kepala dan cukup emosional.

"Bu Seli, apa saya tidak salah baca?" tanya wanita setengah baya dengan sebuah nametag Dona Yati Yunaita terkait di dada bagian kanan.

"Tidak, Bu. Dalam bulan ini, Evelin Variska memang sudah alfa sebanyak 17 kali," jawab Bu Seli seadanya.

Buku agenda kehadiran yang sedang dipegang Ibu Dona segera ditutup rapat-rapat, beliau tidak ingin berlama-lama membebani otak kecil dengan ulah dari sang keponakan yang semakin hari semakin terasa membabi buta.

"Apa masih ada keluhan tentang ponakan saya?" tanya Bu Dona dengan nada lesu dan duduk pasrah.

Ibu Dona sering mendapat keluhan mengenai keponakan paling nakal, hidupnya sebagai Kepala Sekolah di SMA ini terlihat tidak akan tenang apabila Evelin masih bersekolah sesuka hatinya.

"Tadi pagi, Evelin dilaporkan tidak ikut serta dalam upacara bendera merah putih, atribut sekolah Evelin tidak lengkap, pakaian sekolah Evelin kembali ketat, menggoda Satpam lagi---" ucap Ibu Seli, tetapi Ibu Dona segera memotong perkataannya.

"Saya pusing, sikap Evelin---" Ibu Dona memegangi dahi dengan jemari tangan kanan diatas sofa panjang, ruang BK. "Setiap hari, ulahnya semakin menggila. Semoga hari ini kasusnya cukup sampai situ."

Ibu Seli menutup mulut rapat-rapat, sebagai seorang guru, Bu Seli tentu dapat merasakan apa yang Bu Dona rasakan. Bu Seli tidak memberitahukan bahwa Evelin baru saja membolos mata pelajarannya.

Tok! Tok! Tok!

"Permisi," ucap Hito dengan begitu ramah kepada dua wanita yang sangat dihormati tersebut.

Senyuman manis berkembang dibibir Bu Seli maupun Bu Dona, keduanya sama-sama senang melihat kehadiran si tampan untuk mencairkan suasana panas diantara keduanya.

"Waah ... Hito baru datang, padahal kami sudah menunggu lama!" seru Bu Seli dengan nada terdengar begitu bersemangat.

Hito memasuki ruangan BK dengan langkah jenjang dan seorang gadis serta borgol di salah satu tangan mengikuti menyusil langkah kakinya.

"Duduk!" pinta Hito sambil menghentakan borgol tangan Evelin.

"Ah, sakit tau!" protes Evelin.

"Jangan mendesah, ini ruang BK!"

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang