26. KEKERASAN DI SMA.

960 102 10
                                    


"Gak semua kesalahan bisa dimaafkan, jadi kalau mau melakukan suatu tindakan, harap difikirkan berulang-ulang!"
— Kepsek, Ibu Dona —





"Kenapa, Evelin?" Ibu Dona sangat kecewa.

"Kematian ayah membuat Evelin trauma!" Evelin mengatur nafas yang memburu karena menahan amarah. "Gimana kalau sosial media heboh? Gimana kalau semua memaksa Evelin untuk menjadi penerus pekerjaan ayah? Gimana ekspresi Mama kalau tau Evelin dimaki dunia karena gak mau meneruskan pekerjaan ayah?"

"Terus olimpiade-nya akan menjadi seperti apa—"

"Batalkan aja, Tante! SMA kita gak usah mengikuti olimpiade," jawab Evelin dengan begitu enteng seperti tidak perduli terhadap konsekuensi yang akan ditanggung kalau menolak olimpiade tersebut.

"SMA kita menerima undangan terhormat, kalau gak hadir maka nama sekolahan bisa jelek—"

"SMA Ibu Dona emang udah jelek."

"Evelin, tolong jangan kurang ajar!"

"Lho? Faktanya emang seperti itu."

"Evelin, tolong jaga mulut cantik kamu—"

"Tante gak terima, ya? Sama, Evelin juga gak terima kalau lihat teman-teman mendapat kekerasan fisik maupun verbal."

"Ibu udah minta maaf, Sayang."

"Gak semua kesalahan bisa dimaafkan, jadi kalau mau melakukan suatu tindakan, harap difikirkan berulang-ulang!"

"Kamu akan menjadi sombong karena sulit memaafkan?" tanya Ibu Dona dengan nada lebih tenang.

"Pfftt, tadinya suka memaafkan, tapi setelah mendapat trauma, aku jadi sulit melakukannya!"

Evelin menahan tawa setelah merasa tidak lagi perduli terhadap perasaan seseorang yang tidak sudi memaklumi trauma orang lain. Ibu Dona menghela nafas panjang, ucapan Evelin tidak sepenuhnya salah. Kalau semua orang mengetahui kejadian sebenarnya, pasti SMA elit yang akan dituntut.

"Evelin, tolong maafkan kami!"

"Gak bisa!"

"Kenapa, Evelin?"

"Seenak jidat main tangan demi mendidik anak orang, kalau terluka fisik maupun mental malah angkat tangan," lanjut Evelin Variska. "Kurang jelek apalagi coba?"

Suasana seketika hening, Ibu Dona sudah tahu kalau Evelin akan menolak, tetapi dia tidak bisa membiarkan bakat alami sang keponakan terbuang sia-sia.

Keyakinan itu terus muncul dalam dada. Yakin kalau dia bisa melakukan hal-hal luar biasa seperti membungkam dunia lewat kepintarannya.

Ibu Dona menatapnya dari spion dan mengukir senyuman kecil. Kalau Mr. Mahesa masih hidup, gadis cantik bernama Evelin tidak akan memilih jalan seperti ini. Mungkin Evelin bisa tumbuh menjadi ilmuan tanpa kenakalan.

"Hidup memang jahat, tapi kamu jangan jahat terhadap hidup orang lain," balas Ibu Dona, perasaannya hampa, dia lebih memilih fokus menatap jalanan dan berharap semoga Evelin bisa berubah fikiran. "Tante harap kamu bisa memaafkan semua guru yang kasar ketika mengajar, maafkan tante yang gak becus menjaga SMA kita—"

Ibu Dona berhenti berbicara, dia menoleh menuju Evelin yang memalingkan wajah menuju jendela mobil. Terlihat tidak perduli dengan permintaannya, memilih menatap bunga-bunga dibandingkan dirinya. Memang sangat kurang ajar.

Dia menghela nafas panjang, sebelum masuk menuju SMA, sikap sang keponakan tidak  seperti itu. Semua ini karena didikan keras dari sekolahan juga. Ibu Dona menyusuti air matanya, menyesal karena tidak menegur semua Guru yang terlanjur kasar kepada murid didik di SMA.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang