40. Cinta Segitiga.

866 97 6
                                    

Beberapa hari sudah berlalu, Evelin hanya bisa menghela nafas panjang sambil menatap langit yang sedang cerah ceria. Dia akan menghadapi olimpiade, mungkin seminggu lagi.

Evelin tidak tahu akan berhasil atau tidak, dia hanya punya keyakinan untuk terus lanjut menuju medan pertandingan.

Evelin tidak membaca apapun selain buku-buku almarhum ayah-nya. Sangat banyak dan menumpuk di rak kayu, berisi banyak ilmu, diciptakan untuk ilmuan penuh wawasan.

Evelin senang menbacanya, bukan karena ingin menjadi ilmuwan, tetapi karena banyak ilmu yang langsung melekat di otak. 

Tuuuttt! Tutttt!

Evelin menatap jalan raya, tempat dimana mobil tua milik Ibu Dona parkir dengan rapi. Dia mengernyitkan mata kemudian bertanya, "Kok Hito sama Alitta ada di dalam mobil?"

Evelin berhenti berfikir, mulai menutup buku yang dibawa, dia berjalan menyebrang jalan raya kemudian menghampiri mobil tua dengan banyak penumpang.

"Wihhh, kalian kumpul disini? Mau ngapain? Mau ngepet?" Evelin tersenyum jahil. "Gue ikutan dong! Nanti hitung duit hasil ngepet."

"Heh, jangan sembarangan!" pekik Alitta dengan tatapan sinis.

"Ck, ck, ck." Evelin berdecak kesal. Tidak lama kemudian, tersenyum jahil dan berkata, "Gue ikut jaga lilin aja, lo yang beraksi dikejar warga."

Kirana keluar dari mobil lalu menghampiri sambil terkekeh geli. "Aduh, Evelin! Suka banget usil sama Alita, hahaha ...."

"Kok kalian naik mobil samaan sih? Mau ziarah kubur kemana?" tanya Evelin sambil nyengir bagai kuda sampai membuatnya semakin tidak kuasa menahan tawa.

"Udah, jangan bercanda terus! Yuk, kita berangkat bareng!"

"Tumben baik, ada niat jahat apalagi?" Evelin mencurigai perlakuan baik mereka.

Kirana menggelengkan kepala. "Mau ikut naik mobil atau jalan kaki?"

"Pengennya sih naik baling-baling bambu Doraemon."

"Jangan mengarang wahai titisan Dajal!"

"Hahaha, bisa aja nih, Cicit Sugiono! Yaudah, ayok!"

Kirana meraih telapak tangan Evelin dan menuntun supaya ikut masuk ke dalam mobil bersama. Mereka masih sempat tertawa riang padahal suhu di dalam mobil terasa begitu dingin karena Hito tidak membuka mulutnya.

Evelin dan Kirana tidak perduli dengan kehadiran Hito maupun Alitta. Mereka akan tetap tertawa walaupun orang lain menyuruh untuk berhenti menertawakan hal-hal tidak berfaedah.

Mobil pun melaju, kecepatannya sedang. Namun, karena jarak antara sekolah dengan rumah Evelin tidak terlalu jauh, mereka menjadi cepat sampai.

Alita menoleh dengan ekspresi tidak suka ketika melihat Evelin dan Hito duduk bersebelahan. Seperti sudah sangat akrab. Dia terdiam dengan wajah memelas, andai saja Hito melirik dengan perasaan cinta.

Sudahlah! Gue cuma bermimpi. batin Alita sambil menyentuh gagang pintu kemudian segera berkata, "Gue duluan!"

Evelin yang baru saja ingin turun punya firasat kalau Alita sedang cemburu karena dia serta Hito sempat bercanda berdua tanpa mengajak bergabung.

Evelin bergegas menghampiri, dia bingung akan berkata apa, tidak ada perasaan khusus kepada Hito karena dalam hati hadir sosok berharga bernama Eja.

"Tadi lo cemburu lihat gue, kan?" tanya Evelin ketika dirinya dan Alita sudah menjauh dari mobil Ibu Dona.

Alita menoleh menuju sumber suara, dia menatap Evelin dengan tatapan malas kemudian menghela nafas panjang. "Jangan sok tahu!"

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang