42. Cinta Segitiga (3)

764 92 6
                                    

Hito menatap jari telunjuk Alitta dengan perasaan berani, tidak ada perasaan takut saat diancam oleh gadis ini. "Lo jangan ikut campur dalam hubungan kami berdua!" balas Hito dengan tatapan sengit.

Alitta meneguk libido, menahan perasaan takut terhadap tatapan mata laki-laki berwajah dingin. Dia bergidik ngeri kalau harus berdebat lebih panjang lagi.

Sementara Hito hanya menghela nafas panjang, waktunya akan terbuang sia-sia kalau meladeni gadis seperti Alitta. Dia mulai membalikan badan kemudian berjalan cepat.

Air mata Alitta kembali turun. Hari ini dunia sangat tidak adil terhadap gadis sombong seperti dirinya. Dia berjalan gontai menuju Toilet perempuan demi melampiaskan semua amarah.

Ketika sudah sampai, Alitta pun menghampiri Toilet paling ujung sambil menunduk. Ternyata Toilet yang ingin dipakai sudah diisi oleh seseorang. "Eh, ada orang?"

Alitta tidak ingin mengalah dan tetap ingin masuk menuju Toilet paling ujung. Tidak lama berlalu, suara seorang wanita mendadak menggema dari Toilet paling ujung tersebut.

Suasana cukup sepi karena pembelajaran pertama sudah dimulai semenjak beberapa menit lalu, siapakah gadis yang sedang memecah kesunyian Toilet? Tunggu! Bukankah Toilet tersebut cukup angker? Alitta merasa sangat merinding.

Walaupun bulu kuduk berdiri, tangan kanan yang mengepal memberanikan diri untuk  mengetuk pintu. Barangkali ada yang terjebak di dalam Toilet lama dan tidak ada siapapun menolong karena ketakutan.

Tok! Tok! Tok!

"Ada siapa di dalam?" tanyanya dengan nada serak karena sudah menangis selama beberapa saat. "Gue mau pakai Toilet ini, lo bisa keluar? Maaf kalau gak sopan, tapi gue butuh tempat ini, lo bisa pindah ke Toilet lain, kan?"

Tidak ada jawaban dari dalam Toilet padahal sudah penasaran. Tangisan gadis tadi mendadak hilang, tidak ada suara lagi, Alitta pun menoleh ke kanan dan kiri. Tidak ada seorang pun di sekitar Toilet perempuan.

"Lo bisa cepat keluar? Gue mau masuk ke dalam Toilet," pinta Alitta sambil menggedor-gedor pintu Toilet dengan perasaan tergesa-gesa sekaligus takut. "Hey, keluar dong! Jangan kayak manusia bisu dan tuli yang pura-pura gak dengar ocehan gue!"

Pintu Toilet mendadak terbuka secara perlahan, suara reotan keluar karena memang sudah lama tidak direnovasi. Alitta belum melihat siapakah gadis yang tadi sempat menangis pelan-pelan, tapi jujur, hatinya sangat takut bertemu hantu.

"Evelin?" gumam Alitta sambil melotot kaget.

Evelin tersenyum manis seolah sedang dalam keadaan baik-baik saja, tetapi matanya sebam bak sudah menangis berjam-jam. "Ngapain lo ada disini?" tanya Evelin dengan nada serak. Ternyata benar, gadis yang tadi sempat menangis dalam Toilet adalah dirinya.

Alitta langsung terdiam seribu bahasa, mau bertanya 'kenapa' pun tidak bisa. Sadar kalau beberapa menit lalu, hati kecil Evelin sudah dilukai oleh kata-katanya.

"Gue tanya, ngapain lo ada di sini?" tanya kembali Evelin.

Alitta langsung tersadar dari lamunan, dia menoleh dengan ekspresi terkejut. "Harusnya gue yang tanya kayak gitu. Kok lo ada di dalam toilet? Habis nangis, ya?"

Evelin mengalihkan pandangan dari Alitta menuju lantai. Dia sempat bingung harus menjawab apa. "Gue habis cuci muka, tadi mata kanan kelilipan sampe perih."

Evelin sudah terbiasa berbohong tentang keadaannya, dia tidak ingin orang lain merasa cemas. Evelin ingin semua orang tidak khawatir terhadap dirinya yang masih bisa bersahabat dengan air mata.

Alitta curiga kalau sebenarnya Evelin sedang berbohong. Ujung hidung memerah, Kantung mata sebam, mata masih berkaca-kaca seakan menunjukan kalau Evelin sangat butuh pertolongan. 

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang