62. Pengumuman Mengejutkan.

828 93 8
                                    

Ibu Seli sudah meminta semua murid didik maupun jajaran Guru untuk berkumpul menuju lapangan. Evelin, Kirana, dan juga Alitta berjalan beriringan sambil tersenyum lebar tanpa memperdulikan ocehan dari orang-orang. Semenjak olimpiade, hidup terasa mendapatkan perubahan besar. Pelajaran hidup membuat mereka semakin lebih baik.

Evelin sudah berubah menjadi lebih sopan dalam berpakaian, Alitta berhenti menyombongkan diri, Kirana masih menjadi gadis polos yang mendukung sang sepupu. Mungkin, selama selalu bersama, mereka akan merasa sangat bahagia. 

"Evelin, lo ikut barisan kelas 12 IPA 1 aja!" Kirana menarik baju seragam Evelin lalu tersenyum jahil. "Wih, pake baju deodoran gini—"

"Kedodoran, bukan deodoran," jawab Evelin dengan ekspresi ketus.

"Hahaha, dasar dodol!" celoteh Alitta sambil menjitak kepala Kirana.

Mereka mengawali kecerahan di siang ini dengan candaan ringan. Tidak ada masalah hidup yang berhasil membuat senyumnya hilang.

Tidak lama berselang, seorang Guru datang menghampiri Alitta kemudian membisikan sesuatu. Evelin dan Kirana hanya melirik dengan ekspres bingung karena tidak mendengarkan apapun, tetapi mereka tidak perduli.

Alitta bersikap seperti tidak suka dengan bisikan Ibu Metta, tapi setelah diberikan bisikan sekali lagi, dirinya hanya mengangguk lalu tersenyum lebar.

Setelah saling berbisik, Alitta pun pergi meninggalkan dua temannya tanpa basa-basi lagi. Evelin merasa hal tidak beres akan terjadi, tetapi dia hanya diam membisu. Jangan sampai Kirana ikut khawatir.

"Ada acara apa sampai memakai pakaian sopan kayak gitu?" tanya Kirana sambil berbaris di depan tubuh Evelin.

"Gue mau taubat."

"Seriusan?" tanya Kirana dengan ekspresi ceria, "Gue mau sujud sukur dulu!"

Ketika Kirana sudah berjongkok dan akan melakukan sujud sukur di tempat, Evelin segera menarik pergelangan tangannya lalu berkata, "Dasar sinting, lo mau ngapain?"

"Gue mau sujud sukur dulu!" Kirana menampilkan ekspresi polos sampai membuat Evelin bingung harus marah atau luluh oleh tingkah gemasnya.

Evelin berdecak kesal kemudian berkata, "Jangan malu-maluin gue!"

Kirana menganggukan kepala dan menuruti Evelin yaitu tidak melakukan apapun sampai dia merasa sedikit tenang. "Kira-kira Alitta pergi kemana, ya?"

"Jangan ngobrol terus! Mau upacara bendera."

"Upacara anggur, bukan upacara bendera."

"Maksudnya upacara apel?"

"Nah, itu maksud gue."

"Dasar idiot!" cela Evelin sambil nembetulkan topi sampai cahaya matahari tidak bisa menyapa kulit mulus dan putih.

"Katanya mau tobat?"

"Gue belum bisa berhenti mencela manusia biadab kayak lo."

"Ouh, gitu, ya?" Kirana berputar arah, menatap Evelin dengan melotot tajam dan berkacak pinggang.

Evelin membalas tatapan tajam Kirana dengan begitu culas. Nyali sang sepupu tentunya langsung menciut, tidak berani untuk melawan seorang gadis yang disegani oleh banyak laki-laki.

"Cepat berbaris karena upacara dimulai tiga menit lagi!"

Kirana menghadap ke depan saat upacara apel sudah mau dimulai. Saat semua sudah berbaris rapi, acara tersebut langsung dimulai. Susunan acara pun dilaksanakan dengan baik, tetapi Evelin tidak terlalu memperdulikannya dan terus mengobrol dengan Kirana. Mereka asik berseluncur dalam topik hangat yaitu 'kenapa orang lain lebih menyukai kesalahan seseorang dibandingkan dirinya sendiri?'

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang