63. Evelin Adalah Juara.

914 91 5
                                    

Jarang sekali Kirana jarang naik pitam karena memiliki karakter sabar. Apakah tindakan semua orang di SMA sudah melewati batas? Entahlah, Evelin tidak mengerti dengan keadaan yang sering memancing emosi dan terus menarik-ulur perasaan.

Evelin terduduk di samping Kirana dengan gerakan tubuh tidak bersemangat. Hari ini, dunia benar-benar tidak adil. Dirinya sudah berjuang, tetapi orang lain yang diapresiasi.

"Sekarang, apa yang akan lo lakukan?" tanya Kirana.

Evelin mendongak menuju biru langit yang cerah seperti zat yang selalu bahagia melihat tangisnya. "Tidur kemudian menghalu."

"Apa lo gak punya kegiatan lain?"

"Ada."

"Apa?"

"Mencintai Keluarga, mencintai Eja-"

Kirana memutar mata, malas karena selalu berkata seperti itu setelah merasa kecewa dengan takdir. "Dasar gembel berkelas!"

"Dan mencintai sepupu terbaik seperti Kirana," lanjut Evelin sambil melirik Kirana dengan senyuman mengembang.

Cup!

Dia terkejut bukan main, baru kali ini dicium lembut oleh gadis berandal seperti Evelin. Kirana sempat terpaku selama beberapa saat sebelum memutuskan untuk tersenyum manis.

Kirana menoleh, ada perasaan terharu dalam hati saat melihat wajah cantiknya. Sekarang dia sudah tidak mampu membela siapapun karena Evelin akan selalu mencegah rencana Kirana.

🌾🌾🌾

"Evelin!" teriak seseorang.

Evelin segera berdiri tegap padahal baru saja merebahkan tubuh di Mushala. Kirana juga mendengarkan suara teriakan tersebut. Mereka saling menatap lalu kompak menganggukan kepala.

Tidak berselang lama, muncul seorang petugas upacara yang berlari menghampiri mereka dengan nafas ngos-ngosan. Dia tersenyum manis kepada Evelin padahal beberapa menit lalu sangatlah dingin.

"Lo yang bernama Evelin, kan?"

"Bukan, nama gue Romlah," celetuknya sambil merebahkan tubuh menuju keramik Mushala.

Kirana menahan tawa, kelakuan Evelin memang tidak bisa diberi filter IG. Terkadang terasa begitu dingin, cool dan juga lucu. Dia menatap sang pengawas yang sudah hampir ngamuk karena diberikam celotehan ringan.

Kirana menjitak kepala Evelin lalu berkata, "Sejak kapan punya nama Romlah? Bukannya nama samaran FB lo adalah Tajudin?"

"Hahahaha, si dodol, pake jujur lagi!" Evelin dan Kirana langsung terkekeh geli. Kelakuan mereka memang sulit dipercaya. Saat sedang serius, dibuat bercanda.

"Hey, lo denger ucapan gue, kan?" tanya petugas upacara.

"Enggak denger apa-apa soalnya telinga gus dipinjem si Romlah."

Kirana mengangkat tangannya dan sulit untuk menahan gelak tawa. "Hahahahaha ..., bisa aja lo, Tajudin!"

Evelin berhenti tertawa saat mata indah itu menatap sang petugas upacara, rasanya malas sekali berhadapan dengan orang yang memiliki wajah dingin itu.

Terlihat begitu sombong seperti mayoritas Guru di SMA. Evelin memaksakan diri untuk beranjak dari posisi rebahan kemudian menoleh dengan eksresi malas.

"Udah tau, gue adalah Evelin, malah bertanya-"

"Lo dipanggil ke lapangan," sela sang petugas upacara dengan nada berat dan tersengar tegas. "Segera! Jangan ngaret!"

"Ngapain sih! Mau dikasih THR?"

"Cepetan, lo udah ditungguin!"

"Bawel banget sih lo, Maesaroh!"

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang