31. Hanya Mimpi Indah.

803 97 17
                                    

Berandal SMA . fitri_leona
"Jangan sampai mati sia-sia di usia muda, siapa tahu beruntung dan bisa bertemu orang baik."
— EJA —

Evelin membaringkan tubuh di atas kasur empuk, raganya sudah sangat lelah. Namun, dia bahagia bisa satu kelompok dengan Hito.

Dia menatap langit-langit kamar dan merasa kesal karena hampir semua Guru menolak kalau gadis berandal sepertinya ikut dalam olimpiade, takut akan membuat nama SMA jadi tercemar. 

Memang apa salahnya kalau dia dan Hito mewakilkan nama SMA menuju olimpiade? Kedua halis Evelin menyatu, hati kecilnya akan terasa sakit kalau harus ingat kejadian saat tadi siang.

Evelin merasa dipermalukan, direndahkan, dihina dan semua itu membuat fikirannya tidak tenang. Dia segera mengeluarkan handphone dari meja kecil dan mencari kontak sang Tante. 

Anda :
P

Anda :
Eh, maaf, asallamualaikum WR.WB!

Anda :
Tante, gimana keputusan rapat Guru tadi? Bukannya gak boleh kalau IPS sama IPA satu kelompok dalam olimpiade?

Tante Kece Badai :
Kamu adalah anak jenius, bisa menguasai mata pelajaran dalam sekali belajar.

Anda :
Rasanya membosankan kalau terus belajar.

Tante Kece Badai :
Kamu akan ikut dalam lomba fisika.

Anda :
Tante suka ngaco deh. 😘
Evelin adalah anak IPS, kenapa malah ikut olimpiade IPA. 😠

Tante Kece Badai :
Kalau ada yang tanya kamu dari jurusan apa, bilang kalau kamu adalah anak jurusan IPA.

Anda :
Kalau menang juara satu, Evelin boleh ajak Kirana bolos, kan?

Tante Kece Badai :
Iya, itu pun kalau juara satu!

Anda :
Oke, Bu Boss. 😘

Evelin menarik ujung bibir, pasti seru kalau bisa juara satu dalam olimpiade dan berhasil mengajak bolos sepupu tercinta setiap hari.

Rasanya ingin cepat tidur sambil berharap semoga harapan indah itu bisa kenyataan. Dia mulai menutup mata dengan senyuman manis terus terukir.

🌾🌾🌾

Evelin bangun tidur dengan mata panda seperti tidak pernah istirahat selama berhari-hari, tempat tidurnya mendadak terasa basah. Dia mendongak dan tersentak kaget.

Bagaimana mungkin dia berada di luar ruangan? Ya, Evelin yakin kalau tadi tidur dalam kamar, tetapi kenapa sekarang malah bisa menatap biru langit?

"Selamat pagi, Eja sayang Elin."

Evelin menyatukan kedua halis dan tampak heran, bukankah suara tersebut sudah tidak asing lagi? Suara yang sangat familiar.

Dia menoleh dan langsung tersentak kaget, di samping kasur sudah hadir Eja, sedang memandangi dengan senyuman manis.

"E-Eja? Kok ada di sini?" tanya Evelin dengan eksresi linglung.

Senyuman Eja mendadak hilang. "Eja kangen. Elin udah lama gak kembali ke SMA anak jenius lagi, gak ada yang berteman sama Eja."

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang