45. Alitta Patah Hati.

751 94 6
                                    

Beberapa hari kemudian, gadis bertubuh tante-tante sedang terduduk manis di Perpustakaan sambil menyibukan diri untuk membaca buku berat milik sang ayah. Membaca buku berat itu cukup seru, Evelin menyukainya walaupun anak-anak berkata kalau buku itu susah difahami.

Setelah mendapat banyak adegan tidak enak, Evelin lebih memilih untuk menyendiri. Dalam sepi, tidak ada yang berani membully. Walaupun minim teman, Evelin bisa menarik nafas ketenangan.

Tak!

Dia menatap banyak buku sudah ditumpuk rapi oleh seseorang yang baru saja datang. Evelin menoleh menuju orang itu lalu tersenyum hangat. "Lo mau membaca buku juga?"

Tidak ada jawaban, orang itu tetap saja terdiam membisu seperti hari-hari sebelumnya padahal suasana di sekeliling cukup sepi.

"Tumben gak ngomong apapun, biasanya nyerocos kalau udah sepi kayak gini," lanjut Evelin sambil membalikan halaman buku. "Oh iya, kayaknya lo belajar banyak supaya bisa memenangkan olimpiade."

"Terima kasih,"

"Ngomong apa sih, Hito!" Evelin berhenti membaca kemudian menyatukan kedua halis. Laki-laki bernama Hito memang sulit ditebak. "Terima kasih buat apa? Oh iya, mungkin karena kemarin gue udah kasih permen Babol 5 biji, ya?"

"Terima kasih udah mau jadi orang sabar,"

"Lo gak tahu? Orang sabar itu pantatnya lebar, mangkannya gue selalu dibully lebar sama Kirana," balas Evelin dengan ekspresi polos.

Hito menarik ujung bibir dan tersenyum manis. "Jangan  berubah, gue mencintai lo apa adanya."

"Apa adanya atau ada apanya?" Evelin mulai bersikap jahil kepada Hito, "Gue itu montok, mangkannya lo mau sama gue. Iya, kan?"

"Lo baik hati." Hito meraih buku paling tebal lalu membacanya. "Gak ada gadis yang bisa seperti lo, udah, cuma itu."

"Ouh, begitu," gumam Evelin sambil menahan pipi yang sudah memerah karena tersipu malu.

Evelin memegangi kedua pipi, aaahhh, rasanya sangat malu. Dia ingin menjauh kemudian loncat-loncat karena terlalu bahagia.

Hito selalu punya cara supaya Evelin bahagia. Kata-kata manis seringkali membuatnya ingin terbang ke langit tujuh. Sungguh berbeda dengan laki-laki di luar sana.

🌾🌾🌾

Alitta tersenyum manis, suasana kelas berubah lebih damai ketika bisa bersahabat dekat dengan Kirana maupun Evelin, dia sudah tidak memiliki musuh lagi.

Alitta mulai meraih kertas sisa untuk dibuang menuju tempat sampah depan kelas. Tidak lama kemudian, langkahnya berhenti setelah melihat kejadian paling mengejutkan. "Si Lena kenapa tuh? Rambutnya acak-acakan kayak gembel."

Alitta mengusap-usap mata dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa gadis dengan rambut acak-acakan itu adalah Lena, gadis yang sempat membully Evelin.

Tap!

Seseorang menepuk pundaknya, Alitta menoleh, ternyata Kirana yang menepuk pundak. Kirana menampilkan ekspresi heran, kenapa teman barunya malah asik berdiri di dekat pintu kelas sambil bengong?

"Ngapain lo ada disini?" tanya Kirana.

Alitta menjawab, "Mau buang sampah, tapi—"

"Kenapa sih?" Kirana yang masih belum faham dengan ucapan Alitta hanya bisa melongo sambil menggaruk kepala belakang.

"Lo lihat Lena?"

"Jangan sebut nama cewe sinting itu lagi!"

"Bukan itu, Bodoh! Maksud gue, lo bisa lihat Lena gak?" Alitta menunjuk seorang gadis yang sedang menampilkan ekspresi memelas dengan kondisi rambut acak-acakan. "Itu, dia lagi jalan sendiri, rambutnya acak-acakan banget kayak fakir miskin lagi cari amal jariyah."

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang