9. Pesta Kecil-Kecilan.

1.8K 160 8
                                    


"Tetaplah sederhana supaya semua rasa ini tidak berubah."
— Evelin Variska —








Pesta kecil-kecilan akan segera dilaksanakan dalam kamar tidur Evelin. "Oke, Sayang! Sekarang kita akan pesta."

Musik dengan volume kencang melebihi orang hajatan adalah pertanda kalau Evelin sedang berusaha menghilangkan stress dibenaknya.

Surat panggilan orangtua yang sedang berada di kasur segera diraih, dia menatapnya untuk beberapa saat lalu berkata, "Gue nggak akan membiarkan Mama khawatir."

Tindakan antimainstrim menjadi solusi atas masalah yang Evelin rasakan. Detik itu juga, surat panggilan orangtua disobek sampai hancur berkeping-keping. Dia meninggikan volume musik. Seluruh penghuni rumah pun akhirnya terbangun dari mimpi indah.

Bibi Onim terdiam di depan pintu kamar Evelin bersama Azriel, mereka kompak ingin menghentikan tindakan Evelin yaitu menyetel musik dengan volume tingkat dewa ditengah malam.

"Malem-malem kayak begini malah setel musik kayak orang hajatan!" Azriel menahan emosi terhadap sang adik, dia melipat kedua tangan dan berdeham, "Hmm, mungkin pintu kamar ini harus didobrak."

"Coba diketuk dahulu, Raden." Bibi Onim mengusulkan ide bagus.

"Mungkin gak akan kedengaran, suara musiknya aja melebihi sirine pemadam kebakaran. Kenceng banget kan, Bi?"

Bibi Onim menganggukan kepalanya.

"Bibi takut diomelin lagi, Den." Bibi Onim ragu ketika mengetuk pintu kamar Evelin karena tidak ingin menggangu pesta kecil-kecilan nyonya junior di rumah tersebut.

Tok! Tok!

Pintu kamar Evelin diketuk pelan-pelan oleh Bi Onim. Namun, jantungnya terasa berdegup sangat kencang.

"Non Evelin? Bu-buka pintu—"  

"Bi, kok kecil suaranya? Yang kencang dong supaya Evelin bisa dengar!"

Bibi Onim menganggukan kepalanya sambil tersenyum kaku. Azriel menggelengkan kepala, tangannya menggaruk belakang kepala yang tidak gatal seperti memberi pertanda bahwa ketukan pintu itu terlalu kecil.

"Bibi Onim, kita teriak pun, Si Ratu Elisabeth itu belum tentu denger—"

"Ratu Elisabeth itu siapa, Raden?"

"Maksudnya Evelin, Bi!"

"Aduh, Non Evelin kok bisa jadi Ratu Elisabeth sih? Hebat ey!"

"Ehehe ..., Sekarang Bibi tidur aja deh, Azriel akan urusin Evelin kok!"

Bibi Onim hanya tersenyum kaku dan tidak berani mengatakan sepatah kata pun kepada semua bos di rumah ini ketika sedang menerima perintah. Dia segera pergi menuju kamar sendiri.

"EVELIN! Jangan gila lo, udah malem. Kecilin volume sebelum pintu kamarnya didobrak." Azriel kehilangan kesabarannya.

Evelin asik melompat-lompat di kasur empuk dengan guling seperti sedang berhalusinasi bahwa guling tersebut adalah laki-laki tampan, super kece.

"Pangeranku udah ganteng kok!" ucap Evelin sambil memeluk guling lalu membantingkan tubuhnya di kasur.

Teriakan Azriel sama sekali tidak menembus hingga telinga Evelin. Ternyata, suara musik sudah membuat Evelin tuli mendadak. Azriel sempat melampiaskan emosinya menuju pintu kamar sang adik.

Brug!

Evelin mendengar suara berisik dari pintu kamar tidurnya, dia pun beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu. Lirikan mata Evelin segera tertuju ke manusia bermata suntuk di depan kamar tidurnya.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang