"Gue malas berhadapan dengan orang-orang kasar."
- Evelin Variska -
Mereka berhenti di dekat Ruang Guru, suasana terdengar ramai. Evelin melirik dari balik jendela kemudian mengerucutkan bibir karena malas. Bu Metta, Guru Sosiologi, Bu Seli dan juga Bu Dona menunggu dengan wajah bosan. Hito geleng-geleng dan kembali membantu berjalan dengan sabar dan lemah lembut.
"Gak boleh takut!"
Evelin memalingkan wajah. "Gue malas berhadapan dengan orang-orang kasar."
"Ada gue, nanti dijagain."
"Gak usah, terima kasih! Gue bisa menjaga diri sendiri."
Hito tersenyum manis seperti meyakinkannya supaya lebih tenang. Evelin menghela nafas panjang, luluh terhadap senyum semanis itu. Mereka melangkah dan menatap Guru satu persatu.
Mereka menatap dua bangku di tengah-tengah ruangan. Evelin mengepalkan telapak tangan, apakah dirinya akan disidang lagi karena sudah berbuat onar?
"Hito, kenapa harus duduk di tengah-tengah ruangan sih! Emang kita mau tahlil, ya?"
"Ikutin aja!"
"Perasaan gue gak bikin onar. Kenapa harus duduk di tengah ruangan, ya? Emang gue mau disidang lagi?"
"Ikutin aja!" pinta Hito sambil menatap lurus dengan ekspresi dingin.
Evelin bergidik ngeri. Rasanya seperti berada di tengah-tengah tantangan maut. Semua Guru selain Bu Dona menatap sinis seperti musuh yang diincar sejak zaman protozoikum.
Dia hanya menghela nafas panjang agar lebih tenang kemudian menatap lantai dengan perasaan lesu.
Hati kecil berkata kalau hari ini tidak akan hadir kabar baik seperti hari sebelumnya. Wajah Evelin mendadak pucat setelah sibuk bermain-main dengan isi kepala.
"Asallamualaikum wr.wb." Ibu Dona merapikan kertas-kertas sambil melirik sekilas menuju sang keponakan, dia tersenyum kecil kemudian berkata, "Terima kasih sudah hadir di pertemuan penting ini. Baiklah, langsung menuju intinya saja."
"Seperti yang diketahui, Hito dan juga Evelin akan mewakilkan SMA dalam olimpiade. Alita juga akan menjadi teman kelompok, mereka," lanjutnya, "Kita hanya berdiskusi tentang keputusan mengikutsertakan Evelin dalam olimpiade."
Evelin menggaruk rambut dan terlihat bingung akan berkata apa karena terus sibuk bengong, tidak mendengarkan ucapan sang Tante. Dia mentoel tangan kanan Hito sambil berkata, "Heh, tadi Tante gue bilang apa?"
"Kalau ada orangtua sedang berbicara, dengerkan! Hormati dan jawab dengan sopan." Hito melirik sekilas, wajah datarnya seperti berkata kalau kepada Evelin yang tidak menghormati keluarga sendiri. "Kelompok kita ada tiga orang. Lo, gue, dan juga Alita."
Evelin manggut-manggut sambil membatin, Alita akan mengikuti olimpiade? Kenapa Nenek Sihir itu ikutan, ya? Apa gak minder sama otak sengklek gue?
Evelin menahan tawa setelah membayangkan ekspresi Alita saat dijadikan babu kalau Olimpiade sudah tiba. Dia geleng-geleng, berusaha tidak berfikir macam-macam dan mendengarkan ucapan tantenya.
"Banyak pro-kontra kalau Evelin ikut dalam olimpiade." Ibu Dona geleng-geleng dengan ekspresi kecewa lalu berkata, "Sayang, banyak sekali yang tidak setuju kalau Evelin menjadi bagian di olimpiade."
Evelin tersentak kaget. Dia mulai menoleh dengan perasaan tidak terima. Apa yang salah dengan dirinya? Kenapa banyak yang tidak ingin melihat Evelin ikut dalam olimpiade? Apakah dia terlihat sangat bodoh?
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Teen Fiction🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...