Evelin menelan libido, Ibu Seli terlihat bagaikan Gozilla yang sedang mengamuk. Kerumunan di Aula langsung bubar menuju lapangan.
Ngeri sekali kalau dia tidak ikut pergi bersama Hito. Tunggu! Dimana sepupunya? Bukankah Kirana juga basah karena terlalu kepo dengan perkelahian tadi?!
Evelin berhenti memegangi pergelangan tangan Hito lalu membalikan badan, berusaha melangkah demi menemukan Kirana.
Tap!
Hito memegangi tangan kanan Evelin seerat mungkin lalu berkata, "Jangan pergi ke sana, nanti kamu wajib berjemur."
"Gue mau cari Kirana," jawab Evelin sambil menoleh dengan ekspresi memelas.
"Nanti, jangan sekarang!"
"Gimana nasib sepupu gue?"
Hito tidak menjawab atau menganggukan kepala sedikit pun sampai membuat Evelin naik pitam karena merasa gemas.
Evelin berkacak pinggang, laki-laki seperti Hito memang sulit memahami perasaan orang lain. Memang sangat menyebalkan.
"Dia gak salah, kenapa harus dihukum?" lanjut Evelin.
"Dia cuma dijemur oleh Bu Seli, gak akan meninggal," balas Hito sambil menuntun pergi menjauh.
Evelin pun terdiam. Suasana di dekat Aula memang sangat tidak kondusif, banyak murid yang protes terhadap tindakan para Guru di SMA.
Ibu Seli membuat banyak murid tidak bersalah dihukum. Itulah kenapa Guru tersebut sangat dibenci oleh banyak orang.
Walaupun merasa geram, semua murid tidak bisa melakukan banyak hal. Jika melawan, hukuman akan terasa semakin berat. Begitulah kondisi buruk di SMA yang menjadi tradisi dan sulit diubah.
🌾🌾🌾
Evelin berjalan dengan perasaan malas di belakang seorang laki-laki berpostur tegap itu. Kenapa Hito malah berjalan mendahului padahal tadi mengajak pergi bersama?
Heran sekali, kenapa Tuhan menciptakan manusia dingin seperti ini? batinnya sambil menoleh menuju lapangan, di sana sudah berjejer banyak murid yang dihukum dengan kondisi pakaian basah kuyub karena tidak mau bubar. Yang lebih aneh lagi, kenapa Tuhan membiarkan orang jahat seenak jidat dalam memperlakukan orang lain?
Brak!
Evelin tidak sengaja menabrak punggungnya karena terlalu lama memperhatikan lapangan. Dia terjungkal menuju lantai dan Hito hanya menoleh tanpa menolong.
Evelin memberikan tatapan memelas sambil berharap semoga seseorang berkenan menolong, tetapi Hito malah terdiam sambil memperhatikan dengan tatapan malas yang khas.
Evelin mendengus kesal. "Ihhh, gobl*k!"
"Jangan ngomong kasar!" pinta Hito dengan wajah super dingin.
Evelin menjadi bergidik ngeri, tetapi dia tidak akan perduli lagi. "Kenapa gak tolongin gue coba!"
"Kenapa gue harus tolongin lo?" tanya balik Hito, terlihat sangat polos sekaligus dungu.
"Aduh, kok ada manusia yang otaknya ketuker sama pipa paralon kayak gini sih!" celetuk Evelin sambil mencoba bangkit sendirian.
Secara tiba-tiba, Hito berjalan mendekat, memegangi pundak kemudian membantu berdiri. Evelin tersentak kaget. Kenapa mau menolong padahal dia bisa bangun sendirian? Bukankah menolak lebih mudah daripada harus menolong?
"Kalau masih mampu, kenapa menolak kasih pertolongan kepada seseorang?" ucap Hito dengan nada lemah lembut hingga membuat hati tersentuh padahal beberapa menit lalu sudah mengumpat karena tidak kunjung menerima bantuan. "Tadi gue bercanda, jangan dimasukin ke hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Fiksi Remaja🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...