Kalau otak dari calon tulang punggung sudah rusak, Mrs. Retno pasti akan sedih. Dia tidak ingin sang ibu sedih karena ulah Azriel, lebih baik video tidak bermanfaat ini dihapus daripada masa depan harus terpupus.
Azriel sendiri mengerti dengan arti di balik kelakuan sang adik, dia hanya melipat tangan dan menyenderkan punggung ke tembok. Wajahnya sangat pasrah.
"Gue dengar, nama sekolahan lo tersandung kasus pelecehan." Azriel menghampiri kemudian meraih laptop yang ditaruh menuju kasur, dia meng-klik berbagai situs dan langsung menampilkan ekspresi ketus. Ternyata Evelin benar-benar menghapus semua video.
Evelin menoleh dengan perasaan heran kemudian bertanya, "Kok tau? Dapat informasi dimana?"
"Berita," jawab Azriel sambil meraih pergelangan tangan Evelin dan menuntunnya pergi dari dalam kamar, "Pergi dari kamar gue supaya gak terasa panas kayak neraka. Syuh, syuh, Pergi jauh sampai rahmatullah!"
"Heh, lo gak bisa mengusir gue dari mana pun!"
"Bisa! Ini adalah kamar gue, bukan kamar Setan."
"Lo sama setan gak ada bedanya—"
"Seterah lo, Dajal."
"Heh, lo bilang apa?!"
"Pergi dari sini sebelum gue tendang," jawab Azriel dengan tatapan malas.
"Gue aduin lo ke Mama!" ancam Evelin sambil tersenyum lega.
"Pergi dan berhentilah menjadi orang sinting!" Azriel menekuk wajahnya. Adik perempuan ini selalu membuat emosi padahal sudah bertekad untuk tobat.
Evelin mendengus kesal, Azriel sengaja mengusir dari kamar. Mungkin untuk men-download ulang video yang sudah dihapus. Dia geleng-geleng ketika sang kakak menggebrak pintu dan mengunci dari dalam. Azriel pasti marah besar.
Brug!
Pintu kamar tertutup rapat, dia tidak memperdulikan karena sibuk berfikir, "Nama SMA tercemar karena kasus Pak Hamdan, ya? Kok publik baru sadar kalau SMA elit gak sebagus yang dibayangkan."
Evelin mengangkat kedua bahu dan tidak ambil pusing dengan semua permasalahan ini. Hidup sudah sangat sulit, dia tidak mau menambah masalah dengan cara memikirkan masalah orang lain.
Evelin tersenyum kecil dengan ekspresi pucat, hari ini waktu terasa lebih cepat, dia lelah, mungkin harus istirahat lebih lama.
Evelin pun berjalan gontai menuju sofa panjang kemudian menyilangkan kaki, meraih remot dan menyalakan televisi.
Layar TV memunculkan acara berita. Sungguh membosankan, dia tidak menyukai acara seperti ini, lebih baik menonton kartun dibandingkan harus mendengar ocehan orang-orang cerewet.
"Non Evelin mau minum apa?" tanya seseorang di dekat tubuh Evelin.
Evelin menoleh dan langsung tersentak kaget, Bi Onim tiba-tiba muncul dan membuat jantungnya merasa diprank. "Aduh, Bibi bikin kaget!"
"Bibi harus seduh minuman apa, Non?" Bi Onim kembali bertanya.
"Ada lemon gak, Bi?"
"Ada, Non."
"Gulanya belum habis kan, Bi?"
"Belum, Non."
"Evelin mau minum white water aja."
"Ouh, iya, seperti biasa, hehe ...."
Evelin ikut tertawa bersama Bi Onim, wanita paruh baya yang sudah dianggap sebagai ibu ke-2. Wanita penyayang, tempat untuk mengadukan masalah dalam fikiran. Mereka memang saling menjaga dan menyayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
أدب المراهقين🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...