61. Alitta Tidak Enak.

861 84 10
                                    

"Evelin izin berganti pakaian di ruangan ini, ya?"

"Iya, Evelin. Tante mau keluar dulu. Tutup jendelanya! Jangan sampai ada yang mengintip!" Ibu Dona berjalan mendekati pintu keluar.

Evelin tersenyum kecil menuju sang Tante. Dia meraih pakaian dari balik jinjingan kecil. Baju seragam gombrang itu sempat ditatap selama beberapa saat.

Evelin akan memakai seragam tidak ketat demi sahabat yang sudah lama dicintainya. Benar, semua ini dilakukan demi Eja.

Setelah berganti pakaian, Evelin keluar dari tempat ganti lalu menatap bayangan lewat cermin. Kecantikannya sama sekali tidak berkurang. Baju penuh sopan santun ini terasa lebih nyaman. 

"Gue masih cantik walaupun gak memakai baju ketat," ucapnya sambil berpose bagaikan model, "Memakai baju tidak ketat itu nyaman banget."

Sekarang dia berpisah dengan pakaian ketat untuk selamanya. Berat, tetapi itu adalah pilihan terakhir. Evelin akan berubah menjadi lebih baik lagi karena permintaanya untuk bertemu dengan Eja dikabulkan Tuhan.

"Tidak ada salahnya berubah menjadi lebih baik lagi, kan?"

Evelin merapikan kerah baju sambil tersenyum hangat kepada dirinya sendiri yang sudah kuat menghadapi semua cobaan.

Dia harus menjadi kebanggan keluarga lagi melalui hal-hal positif. Untuk sekarang dan hari esok, Mrs. Retno akan semakin mencintainya.

"Tuhan itu Maha Adil dan siap menerima taubat dari siapapun tanpa perduli dosa yang sudah sebesar apapun," lanjut Evelin sambil bergegas keluar dari Ruang Kepala Sekolah.

Evelin berhenti melangkah saat melihat beberapa murid sedang berkumpul sambil berbisik, bak tengah menggibahkan dirinya.

Awalnya Evelin mengira kalau mereka akan terpukau dengan penampilan barunya, ternyata dia salah besar. Suasana berubah menjadi begitu sesak apalagi saat mendengarkan ocehan mereka yang menyengat dalam dada.

"Lo mendengar kehebohan di SMA?"

"Kayaknya Evelin cuma beban untuk Alitta."

"Iyalah, Evelin itu gak mampu mengerjakan soal-soal hots."

"Lo masih belum percaya?"

"Iya, deh, kayaknya cuma Alitta doang yang—"

"Gue menebak kalau gadis itu cuma pura-pura alim."

"Menjijikan!"

"Dia sedang mencari simpati."

Suasana di luar ruangan cukup berbeda, sangat ramai, mereka yang sedang berkerumun mulai memperhatikan bentuk tubuh Evelin seperti sudah melupakan kekurangan masing-masing.

Evelin hanya menggelengkan kepala, dia tidak akan sanggup kalau harus meladeni lirikan tajam dengan tatapan culas. Lebih baik tidak usah diladeni, membiarkan angin berlalu adalag pilihan yang lebih baik.

Saat sudah melangkah beberapa meter dari Ruangan Kepala Sekolah, seseorang berteriak cukup kencang. "EVELIIIN!"

Evelin menoleh, ternyata Alitta yang sudah memanggil nama cantik itu dengan nada kencang. Evelin hanya bisa tersenyum ramah lalu bertanya, "Ada apa?"

"Gue mencari daritadi, kemana aja sih! Baru nongol sekarang."

"Mau ngomong apa?"

"I-ini, gue mau ngomong—"

"Cepetan ngomong apa?"

"Ini a-anu, eee, aduh, mau ngomong apaan sih!"

Alitta gelagapan, sepertinya ada hal penting yang disampaikan, tetapi mulut tidak bisa berkata-kata. Evelin langsung memutar mata, malas. Waktunya akan terbuang sia-sia kalau disini terus.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang