50. Gue Akan Berjuang!

737 86 3
                                    

Evelin berhenti di depan kelas saat melihat keramaian di dalam. Banyak murid beragam pakaian, mungkin berasal dari sekolah berbeda-beda yang menyatu demi merebutkan kebanggaan sekolah.

Evelin memegangi dada yang mendadak terasa sesak, kelas ramai itu membuat jantung berdetak lebih kencang dari biasa. Bukan takut kalah, tetapi karena trauma meninggalnya sang ayah membekas di kepala.

"Ayo, masuk!" ajak Alitta sambil menarik pergelangan tangan, tetapi Evelin malah terpaku di tempat.

Ketika menoleh, Alitta langsung tersentak kaget, wajah Evelin begitu pucat, keringat dingin mulai berjatuhan di sekitar kening. "Lo kenapa, Evelin?"

Evelin mengantur nafas yang ngos-ngosan selama beberapa saat, dia tidak bisa menjawab, hanya bisa menyodorkan tas slempang menuju Alitta.

Alitta menganggukan kepala, dia mulai menggeledah tas tersebut. "Lo gak bawa buku apapun? Wah, gila! Ini, obat asma lo," lanjutnya sambil menyodorkan obat serta air botol dari dalam tas.

Evelin bergegas meneguk obat tersebut. Dia mencoba mengatur nafas yang sulit diatur. Setelah beberapa menit, rasanya cuma satu yaitu lega.

Evelin menatap Alitta dengan sinis kemudian berkata, "Gue gak punya asma, Bodoh!"

"Terus ngapain lo ngos-ngosan kayak kerasukan gembel?"

"Gue punya penyakit mental—"

"Lo adalah ODGJ?"

"Bukan, sial! Gue mengalami gangguan kecemasan karena sebuah trauma—"

"Trauma karena ditinggal pas sayang-sayangnya?"

"Heh, jangan ngarang, Setan!"

Alitta terkekeh geli, dia segera mengusap keringat yang jatuh dari kening Evelin lalu berkata, "Lo membuat gue panik!"

Evelin menoleh, dia sempat menampilkan ekspresi datar, tetapi tidak lama kemudian  mulai mengukir senyuman kecil. Dia melihat Alitta benar-benar panik saat melihatnya sedang hilang kendali.

Apakah sebenarnya Alitta memang baik hati? sepertinya begitu. Kalau tidak baik hati, Alitta tidak memperdulikan dirinya. "Terima kasih," balas Evelin sambil tersenyum manis kepada Alitta.

Alitta langsung menganggukan kapala dan membalas senyuman Evelin setulus mungkin. "Ayo, kita harus berjuang!" ajak Alitta kembali.

Evelin menganggukan kepala, dia berjalan ke dalam kelas dengan senyuman ramah. Namun, semua orang malah membalas dengan cara tidak baik yaitu berbisik sambil menggibahkannya.

"Itu dari SMA apa sih?"

"Pakaiannya kayak putri raja aja."

"Iya, ketat!"

"Wih, gak ada didikan,"

"Hahaha, mana bisa juara karena memakai pakian ketat itu."

"Kelihatannya bodoh."

"Mungkin dipaksa ikut olimpiade karena stok murid sudah habis."

Mereka berbisik-bisik sambil menatap dengan sinis, mungkin tidak menyukai penampilan berandal sepertinya. Evelin hanya terdiam lalu tersenyum manis, ocehan tersebut tidak akan berhenti meskipun sudah membela diri. Rasanya sedikit sakit, tetapi tidak apa-apa.

Evelin sudah terbiasa menerima perlakuan seperti itu. Sekarang, yang bisa menolong hanyalah nilai olimpiade. Evelin akan berjuang mati-matian supaya tidak dihina lagi oleh banyak orang.

Evelin dan Alitta menaruh tas serta handphone di depan kelas. Alitta mendengus kesal saat tau kalau mereka mendapatkan sisa bangku paling belakang.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang