29. Dihina Restu.

920 112 10
                                    


"WAJAR KALO JUAL MAHAL, BODOH! GUE BUKAN CEWE MURAHAN, GUE GAK JUAL DIRI!"
- Evelin Variska -



Evelin merasa lebih baik setelah dioleskan obat supaya bengkak pada kaki cepat sembuh, dia memalingkan wajah dan melirik jendela kelas sambil mendengus kesal. Bau obat oles sangat tidak menyenangkan.

Evelin menggapit hidung dengan telunjuk dan ibu jari, rasanya tidak tahan kalau harus duduk dalam kelas sendirian pada saat gadis lain sedang beristirahat di Kantin.

"Mau ikut ke Kantin gak?" tanya seseorang, Evelin geleng-geleng ketika melihat Restu sedang di dekat tubuhnya. "Kenapa gak mau? Malu, ya? Gak usah malu-malu!"

"Pergi sana!" perintah Evelin sambil membuang pandangan dari Restu.

"Lo mau dibopong ala anak-anak pecinta Novel, kan?"

"Gak mau, gue jijik!" jawab Evelin seadanya, padahal dia memang menginginkan, tetapi bukan oleh Restu. "Pergi sana!"

Restu segera duduk di samping Evelin sambil mengusap kepala yang daritadi membelakangi seperti tidak mau menatap balik. "Ayo ke Kantin! Gue akan traktir sampai lo puas."

"Gue pengen sendiri."

"Apa, Evelin? Mau digendong?"

"Gak mau, gue jijik. Pergi sana!" Evelin memutar mata, malas kalau harus meladeni laki-laki yang sudah sering menghina dan membuat kegaduhan karena tidak mampu mengontrol emosi.

"Kenapa selalu menolak sih?" Restu membuat Evelin semakin risi karena memberikan smirk. "Malu? Gak perlu malu! Gue adalah pangeran tampan."

Rasanya sangat gila kalau harus duduk berdua dengannya. Untuk apa Restu selalu memaksa? Dia semakin merasa risi, suasana kelas terlalu sepi untuk meminta pertolongan.

Kelasnya sepi banget, gue harus minta tolong siapa? Gak ada orang selain manusia sinting ini.

Evelin menghela nafas panjang supaya hati bisa lebih tenang. Cukup sorot matahari saja yang panas, hatinya jangan. Evelin pun menoleh dan menatap Restu dengan perasaan kesal. "Gue gak mau ngomong sama orang tuli!"

"Pergi sana, gue pengen sendiri dan gak mau diganggu!"

"Ah, suka pura-pura!" Restu mencolek dagunya dengan jari telunjuk.

"Jangan sentuh! Gue bukan cewe murahan." Evelin menepis telunjuk tersebut dengan kasar sampai membuat Restu tersentak kaget.

"Lo jangan jual mahal dong! Gue capek ngejar-ngejar terus, kayak hewan peliharaan aja."

"Jangan menyamakan diri sendiri dengan hewan karena lo lebih buruk."

"Heh, jaga ucapannya, hidup lo jauh lebih buruk!"

Restu mengepal kedua tangan, merasa sangat jengkel terhadap gadis dengan mulut yang tidak mau dijaga. Dadanya terasa sesak karena tidak bisa mengendalikan diri. Restu kesulitan menghalangi perasaan ingin menampar cewe yang selalu menolak cintanya.

Brak!

Restu menendang meja yang dijadikan tempat bersandar sampai membuat Evelin sangat terkejut dan merasa sangat takut. Evelin menelan libido, apakah ucapannya setajam itu sampai membuat Restu merasa sangat marah?

"JANGAN JUAL MAHAL SAMA GUE!"

"WAJAR KALO JUAL MAHAL, BODOH! GUE BUKAN CEWE MURAHAN, GUE GAK JUAL DIRI!"

Restu tersentak kaget, ternyata Evelin tidak seperti gadis lain yang langsung ketakutan saat melihat amarahnya. Dia pun tersenyum manis seperti merasa semakin kagum terhadap gadis pemberani dan tangguh ini.

BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang