"Maaf kalau respon ini dianggap berlebihan, gue gak bermaksud."
— Evelin Variska —Tepat pukul 09.23, Evelin mulai berjalan secara perlahan menuju kelas 11 IPS 2, sepucuk surat dari ruangan BK dipegang sampai menyebrang lapangan sekolah dengan luas yang tidak usah diragukan lagi.
Sekarang Evelin berdiri didekat tong sampah, surat panggilan orangtua yang dibawa bergegas dia buang.
🌾🌾🌾
"Ini surat panggilan orangtua, tolong sampaikan ke Mama-Papa kamu." Bu Dona menyodorkan surat panggilan orangtua.
Evelin menatap surat itu selama beberapa saat tanpa berkenan menyentuhnya lalu memalingkan wajah dari kenyataan bahwa kedua orangtua Evelin wajib hadir menuju Sekolah.
Evelin menatap sang Tante dengan begitu memelas, "Orangtua Evelin sibuk kerja, Tante."
"Panggil saja abang kamu!"
"Abang gak pernah mau datang," Evelin memperlihatkan ekspresi sebal saat mengingat penolakan sang kakak ketika disodorkan surat panggilan menuju sekolah. Dia mulai berkacak pinggang kemudian berkata, "Cowo buruk rupa kayak bang Azriel selalu sibuk mempermainkan perasaan wanita."
"Tante gak mau tau, kamu harus bawa perwakilan ke sekolah ini."
"Surat panggilannya bisa diskon gak tante? Libur dikit kek dari surat panggilan,"
"Gak bisa, Azriel harus datang ke sini!"
"Iya, kalo gak lupa!"
***
Evelin tersenyum kecil, dia tidak mau membuat semua orang di rumah mengetahui kelakuannya ketika di lingkungan SMA. Evelin malas kalau harus pindah Sekolah lagi cuma karena terus berbuat onar. Dia menoleh ke belakang untuk memastikan sosok misterius bernama Hito menghilang dari sekeliling. Dia tersenyum bahagia ketika melihat tikar sudah disiapkan serapi itu oleh anak-anak demi dirinya. Dia duduk di atas tikar sambil melipat kedua kaki.
"Lo yang udah siapin tikar ini supaya gue bisa tiduran di kelas, kan?" Evelin bertanya kepada anak laki-laki bernama
"Gimana tikarnya?" tanya laki-laki tersebut.
"Lumayan empuk, thanks!" Evelin berpose manis, dia menaruh kedua tangan di atas lutut. "Tolong jangan biarin anak-anak ganggu tidur gue ya, Baby?"
Laki-laki itu menganggukan kepala lalu membelakangi tubuh Evelin, dia lebih pantas disebut babu dibandingkan fens berat Sesillia.
"Dimana Evelin Variska?"
"Lo siapa?"
"Dimana Evelin Variska?"
"Dasar bodoh, gue tanya lo siapa? Malah diem aja lagi!"
"Dimana Evelin Variska?"
"Wah, ngajak ribut ini anak!"
Evelin menahan kantuk yang sangat sulit dikendalikan itu hanya karena mendengarkan kegaduhan di dalam kelas. Dia terpaksa membuka kedua mata dan mengecek siapakah yang sudah sangat mengganggu tidurnya.
"Brisik!" teriak Evelin sambil berusaha bangkit dari posisi merebahkan tubuh, mengusap-usap kelopak mata dengan jari telunjuk kemudian mencoba melihat keributan itu. "Jangan berisik, bangsaa---"
Ucapan kasar yang akan keluar dari mulut Evelin mendadak terhenti setelah melihat bidadara tanpa sayap menghampirinya.
"Jangan dibuang!" pinta Hito dengan nada kecil, mungkin hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Novela Juvenil🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...