"Gunakanlah waktu menggibah untuk menghitung dosa-dosamu saja!"
— Evelin Variska —
Evelin tidak punya pilihan selain berlari dengan Kirana yang masih linglung karena kelelahan sudah berkeliling lapangan. Dia dibawa menuju kelas bersuasana ramai, beberapa murid sibuk memukul-mukul meja seperti sedang memukul gendang.
Kirana menatap teman-teman Evelin dengan perasaan risi, bagaimana gadis secantik Evelin bisa bertahan di kelas super berisik seperti ini? Dia bergidik ngeri kalau dipindahkan menuju kelas 12 IPS 2.
"Thank, udah anterin gue!" Dia tersenyum manis.
"Lo yang tarik tangan gue!" balas Kirana sambil menggusap-usap pergelangan tangan yang sempat digenggam kuat, "Gue sih males anterin lo ke kelas super rese—"
"Yaudah, gak jadi terima kasih."
Kirana menaikan salah satu halisnya. "Kenapa?"
"Gue cancel. Mau protes?"
"Lo kenapa sih? Masih pagi udah sensi—"
Kirana menghela nafas panjang kemudian menatap Evelin dengan tatapan curiga, tidak biasanya sang sepupu bersikap seperti ini. Dia menempelkan telapak tangan menuju dahi dan berkata, "Hari ini lagi stress berat, ya?"
"Enak aja!" protes Evelin sambil menyingkirkan telapak tangan Kirana, "Gue cuma tau sesuatu—"
Kirana menarik pergelangan tangan dan menuntunnya supaya bisa dusuk dengan tenang. Evelin terlihat sedang menahan emosi. Entah ada apa dengan gadis itu, akhir-akhir ini malah bersikap sangat aneh.
"Duduk yang tenang—" Kirana mengusap-usap punggungnya kemudian berkata, "Ada apa? Tumben kayak kerasukan dedemit begini?"
Evelin menghela nafas panjang supaya bisa lebih tenang. Emosi dalam dada seperti tidak mau berhenti. Dia berteriak dalam hati, semoga yang men-teror nomer HP langsung terkena azab bak sinetron TV.
"Yang teror nomer hape gue adalah Syilla."
Kirana tersentak kaget, dia menutup mulut menggunakan telapak tangan kemudian bertanya, "Hah! Serius?"
"Lo gak percaya sama gue?"
"Pe-percaya kok!" Kirana segera terkekeh geli. "Kok berani banget sih? Haha, kalo gue sih akan langsung mundur, apalagi lawannya adalah Evelin Variska. Primadona sekaligus berandal SMA."
"Lo mendukung atau meledek?"
"Hehe, dua-duanya sih!"
"Sialan! Pergi sana!"
"Aduh, sorry dong! Jangan ngusir gue terus."
"Skip aja, kita urus nanti." Evelin mulai tersenyum manja, suasana malah terasa panas karena aura menggoda keluar lagi, tangan Evelin mencolek dagu Kirana sambil berkata, "Sepupu gue ternyata cantik, ya?"
Kirana menoleh, dia bergidik ngeri dengan tingkah laku Evelin kemudian berkata, "Lo godain gue lagi nih?"
"Iya—"
"Gak usah basa-basi, lo pasti mau sesuatu. Mau apa sih?"
"Ih, pinter!"
"Lo suka pura-pura manis kalau ada maunya." Kirana pun segera menatap Evelin dengan begitu sinis.
Evelin meraih tas slempang di pundak kemudian meraih buku berwarna merah maroon. "Ini, tolong isikan PR Mathematika gue."
Kirana menganggukan kepala, walaupun Evelin menyebalkan, dia harus tetap bersabar dan mengerti bahwa Evelin bisa nakal karena kekurangan kasih sayang dari orangtua.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERANDAL SMA ( SEGERA TERBIT)
Ficção Adolescente🅿🅰🆁🆃 🅼🅰🆂🅸🅷 🅻🅴🅽🅶🅺🅰🅿 Apa jadinya kalau murid jenius masuk dalam SMA yang menerapkan sistem kekerasan dalam aturan pembelajaran? Bukankah akan kacau balau? Berkisah tentang Elin yang terpaksa mengubah nama menjadi Evelin Variska. Karakt...