PART 51

30 19 2
                                    

Setelah sekian lama
Kita baru menjadi cinta
Yang sesungguhnya

Tiga tahun berlalu, dan Lara sudah menjadi penulis best seller yang banyak dibaca para remaja. Lara menjadi penulis sukses! Ia dibicarakan dimana-mana sebagai penulis muda yang berbakat tinggi. Tapi keadaan semakin menjenuhkan dan pikirannya hilang serta ngawur begitu saja. Saat itulah ia teringat Pita. Ya hanya Pita yang ia butuhkan sekarang, untuk semua yang telah ia dapatkan dan mungkin untuk itu.....

Kesuksesan tak menjamin kehidupan kita menjadi Bahagia. Hal itu lah yang terjadi kepada diriku. Aku kira kesuksesan merupakan kebahagiaan dan dengan kesuksesan ini diriku bisa meminta apapun yang ada di dunia. Ternyata jawabannya adalah tidak! Sungguh kesuksesan semakin membuatku menjadi manusia yang hampa. Penuh dengan kesibukan dan hal-hal yang berbau dosa.

Aku merasa semakin jauh dengan Tuhan. Beberapa tahun sudah jarang sekali aku menghadapnya, dan mengeluhkan segala hal yang ada di dalam hidupku. Padahal Ayah dan Ibu selalu mengajarkan untuk dekat kepada Tuhan. Karena Tuhanlah segala pemilik alam semesta ini. Terutama takdir dan nasib dari diriku sendiri.

Jika kita dekat dengan Tuhan, maka hidup kita maka semakin dekat dengan kebahagiaan yang hakiki. Ayah selalu berkata begitu, bahkan ia menyuruhku untuk tak lupa daratan. Tak lupa dengan masa lalu Ketika sudah mencapai kesuksesan. Apalagi Ibu, Ibu adalah sosok yang mengayomiku, sosok yang sabar dan penuh ketenangan Ketika memberi nasehat kepadaku. Maka jadilah aku manusia dan remaja yang patuh terhadap orang tua.

Nilai-nilai itu selalu aku pegang. Sampai Ketika kesuksesan itu datang dan menjamah seluruh arah hidupku. Mulai dari materi dan tentunya perempuan-perempuan yang menggoda diriku. Kebahagiaan dan materi ini menyebabkan aku jauh dari Tuhan. Jauh dari kebaikan-kebaikan yang selama ini kedua orang tuaku tanam. Sudahlah, maka arah tujuan hidupku juga hilang ditelan waktu.

Hujan turun begitu derasnya. Di atas Gedung ini, langit-langit terlihat kelabu dan semilir angin mencampakkan harumnya. Terlihat dari bawah keramaian kota, penuh dengan masa-masa dan intrik kehidupan dunia. Ya semua demi materi yang abadi. Manusia dan zaman telah menjadikan materi menjadi abadi. Karena keabadian itulah yang nanti menjadikan kita separuh nyata dan separuh hilang dari kenangan.

"Pita?" sepintas aku teringat perempuan cantik dan cinta pertamaku itu.

"Tiga tahun setelah pertemuan terakhir kita, kau masih saja cantik waktu itu! Aku jujur masih berharap untuk mendapatkanmu. Pada saat itu kesadaranku tiba-tiba datang, dan menghilang begitu saja," sambal ku putar-putar bullpen dan duduk tepat di depan jendela Gedung berlantai lima ini.

"Aku kira kesuksesan ini bisa menjadi penghiburku kepadamu Pit? Ternyata semua salah, pelarianku kepadamu seperti cambuk saja. Dan aku menjadi lupa dengan cita-citaku sendiri, menjadi penulis sukses dan sekarang semua sudah ku genggam dan akan hilang selamanya!"

"Semua menjadi hilang dalam sekejab. Pertemuan itu juga menjadi bagian penting Ketika aku harus menahan rinduku kepadamu! Sungguh disaat itulah aku telah berbohong kepadamu, telah membohongi semua isi hatiku yang tersimpan rapi di balik senyum ini!" hawa sejuk hujan semakin membuatku mabuk kepayang, dengan imajinasi liar yang keluar dari ingatan.

"Bagaimana kabarmu sekarang? Aku harap kau baik-baik saja, tentunya anakmu juga! Tentunya suamimu juga baik-baik saja," di dalam hati masih penasaran dengan suami dari Pita.

"Apakah suamimu sesukses diriku Pit? Kalau tidak, maka suamimu sungguh beruntung bisa mendapatkan pasangan sepertimu! Perempuan cantik dan manis yang Tangguh dan tak gampang menyerah dengan keadaan," sebatang rokok aku sulut dan mematikan AC di dalam ruangan ini.

"Sudah beberapa bulan aku tak bisa menulis lagi! Sepertinya aku harus mencari dan menemuimu Pit! Aku butuh panduanmu dan aku butuh senyummu itu," asap rokok mengepul hebat sambal menghilangkan sakit kepala yang menyengat ini.

"Entahlah! Diriku hanya butuh kau!"

KENANGAN (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang